Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

indrag057Avatar border
TS
indrag057
Sinterklas Dadakan
Quote:







SINTERKLAS DADAKAN

Sudah beberapa hari ini sikap Minggus terlihat berbeda dari biasanya. Anak yang biasanya selalu ceria itu kini terlihat murung dan kurang bersemangat. Perayaan Natal yang tinggal beberapa hari lagi, sementara kedua orang tuanya masih sibuk dengan bisnis mereka di luar kotalah yang menjadi penyebabnya. Merayakan Natal tanpa kehadiran ayah dan ibunya, dan hanya ditemani oleh Bi Inem asisten rumahtangganya karena Minggus memang anak tunggal, bukanlah sesuatu hal yang menyenangkan.

Sempat terbersit niat di hati Minggus untuk mengundang teman temannya ke rumah saat malam perayaan Natal nanti. Tapi saat mengingat bahwa kelima sahabat karibnya itu berbeda keyakinan dengannya, niat itupun akhirnya ia batalkan. Tak enak rasanya mengundang teman teman yang beda keyakinan ke acara perayaan hari besar agamanya itu.

Untuk berkunjung ke rumah saudara saudaranyapun, sepertinya mustahil untuk ia lakukan, karena paman dan bibinya, semua tinggal di kota yang berbeda, yang jaraknya lumayan jauh dari kota Minilemon tempatnya tinggal sekarang. Akhirnya, Minggus hanya bisa pasrah. Natal kali ini, sepertinya akan menjadi Natal terburuk dalam sejarah kehidupannya.

Perubahan sikap Minggus itu, tentu tak luput dari perhatian teman temannya. Slamet, Togar, Ucup, Wayan, dan Memey, kelima sahabat karib Minggus yang tergabung dalam genk Minilemon itu awalnya tak tahu apa yang menyebabkan Minggus jadi murung dan kurang bersemangat seperti itu.

Namun berkat usaha keras Togar yang memang dikenal pantang menyerah itu, yang diam diam melakukan penyelidikan, akhirnya mereka semua tahu apa yang menjadi penyebab kemurungan Minggus.

Dan masih tanpa sepengetahuan Minggus, kelima sahabat karib itupun segera berdiskusi, mencari cara untuk menghibur salah satu sahabat mereka yang sedang dirundung duka itu. Atas usul Slamet yang dikenal cerdas dan banyak akal, akhirnya mereka menyusun rencana untuk membuat sebuah kejutan di malam Natal nanti untuk Minggus.

Tugaspun mereka bagi. Rencana mereka susun matang matang. Segala persiapan mereka lakukan, agar saat sampai di hari H nanti, rencana yang mereka susun bisa berjalan lancar dan tanpa kendala. Bahkan mereka rela patungan untuk membeli segala sesuatu yang mereka butuhkan untuk mendukung segala rencana mereka itu.

Singkat cerita, hari yang ditunggu tunggupun tiba. Meski dengan tubuh lesu dan tanpa semangat, Minggus tetap datang ke gereja untuk mengikuti kebaktian. Hanya sebentar, dan setelah acara kebaktian ia langsung pulang. Berlama lama di gereja hanya akan menambah rasa sedih di hatinya, karena harus menyaksikan anak anak seusianya yang nampak ceria datang ke gereja bersama keluarga dan orang tua mereka masing masing.

Sampai dirumah, Minggus langsung mengunci diri di dalam kamar, tanpa memperdulikan Bi Inem yang tengah asyik menikmati acara kesukaannya di depan televisi di ruang tengah. Bahkan aneka hidangan serba lezat yang telah disiapkan oleh asisten rumah tangganya itu sama sekali tak disentuhnya.

Minggus hanya ingin cepat cepat bisa terlelap, agar Natal yang menyebalkan ini segera berlalu dan ia bisa kembali ke kehidupan normal bersama teman temannya. Namun, dalam suasana hati yang gundah seperti itu, rasa kantuk seolah juga enggan untuk menyapanya. Hingga malam semakin larut dan tengah malam hampir datang menjelang, Minggus hanya bisa tergolek diatas tempat tidur dengan mata nyalang memandang langit langit kamar yang kosong tanpa hiasan seperti malam Natal tahun tahun sebelumnya.

Hanya ada pohon Natal kecil yang sore tadi ia siapkan sendiri, lengkap dengan kerlap kerlip lampu warna warni serta beberapa kotak hadiah kiriman dari orang tuanya yang teronggok dibawah pohon Natal itu. Kotak kotak hadiah yang masih utuh, bahkan Minggus enggan untuk menyentuh. Untuk apa hadiah bertumpuk tumpuk jika tidak disertai oleh kehadiran kedua orang tuanya?

Suasana hening dan sepi, membuat angan Minggus tanpa sadar berkelana, mengingat perayaan Natal di tahun tahun sebelumnya. Natal yang masih ia rayakan bersama kedua orang tuanya, lengkap dengan berbagai hadiah dan keseruan keseruan yang tahun ini tak bisa ia rasakan. Juga dongeng tentang Sinterklas yang masih juga didongengkan oleh sang ibu meski usia Minggus sudah bukan kanak kanak lagi, semua masih tergambar jelas dalam ingatan Minggus.

Ah, Sinterklas, andai sosok itu benar benar ada, dan malam ini berkenan untuk mengunjungiku, alangkah bahagianya aku, batin Minggus mulai berkhayal. Khayalan indah yang tanpa sadar membuat Minggus tersenyum samar, menyingkirkan segala rasa gundah yang sedang ia rasakan, sampai tanpa sadar rasa kantukpun datang, dan Minggus terlelap dibuai mimpi indah yang membuatnya tersenyum dalam tidurnya.

Entah berapa lama Minggus terlelap, anak itu tak ingat dengan pasti. Hingga ia terbangun oleh suara gemerincing lonceng yang terdengar begitu dekat di telinganya, disusul dengan suara rengekan rusa dan suara khas tawa Sinterklas yang menggema di telinganya.

"Sinterklas?" Minggus beranjak turun dari tempat tidurnya. Matanya menangkap sedikit kejanggalan dari suasana di kamarnya. Jendela yang ia ingat dengan jelas telah ia tutup dan ia kunci sore tadi, kini terbuka lebar, menampakkan suasana gelap di halaman depan rumahnya.

"Apakah lampu teras depan rusak? Atau sengaja dimatikan sama Bi Inem? Kenapa suasana diluar gelap sekali?" Minggus beranjak mendekat ke arah jendela yang terbuka itu. Matanya kembali tertegun saat melihat beberapa kotak hadiah berserakan tepat dibawah ambang jendela itu.

Kotak kotak hadiah ini, darimana asalnya? Mungkinkah Sinterklas benar benar datang mengunjunginya saat ia terlelap tadi? Ah, tapi mana mungkin, Sinterklas kan hanya ada dalam dongeng, tak mungkin benar benar ada dan mengunjunginya meski ia berharap itu bisa benar benar terjadi.

Rasa penasaran membawa langkah Minggus semakin mendekat ke arah jendela. Dan begitu ia melongok keluar, nampak kerlap kerlip lampu warna warni bergerak gerak di tengah tengah halaman rumahnya. Suara gemerincing lonceng yang ditingkahi suara rengekan rusa dan suara tawa khas Sinterklas yang semakin jelas terdengar di telinganya.

"Tuhan Yesus, benarkah apa yang kulihat ini?" Minggus mengucek matanya, seiring dengan kerlap kerlip cahaya lampu warna warni itu yang semakin mendekat ke arahnya. Jelas terlihat kini oleh Minggus, sosok berbaju merah dengan kumis dan jenggot lebat mengendarai kereta yang ditarik oleh beberapa ekor rusa mendekat ke arahnya.

"Ho...ho...ho...ho...!!! Selamat hari Natal Minggus. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu !" Suara berat bernada rendah itu sukses membuat Minggus tertawa tergelak.

Bagaimana tidak, Togar yang berdandan ala ala Sinterklas itu mengayuh sebuah becak yang telah dihias sedemikian rupa lengkap dengan loncengnya, dengan Memey yang berdandan ala ala putri duduk di bagian depan, sementara Slamet, Ucup, dan Wayan yang berkostum rusa berjalan di depan becak sambil melompat lompat dan meringkik ringkik menirukan suara rusa, benar benar sebuah kejutan untuk Minggus.

"Kalian....?! Astaga! Apa yang kalian lakukan? Dan..., Ya Tuhan! Terimakasih teman teman! Tak kusangka kalian..."

"Ho...ho...ho...ho...!!! Jangan terkejut Minggus! Kami adalah rombongan Sinterklas yang datang khusus untuk mengantarkan hadiah istimewa untukmu," Togar masih dengan gaya Sinterklasnya berseru, membuat Minggus benar benar tak sanggup menahan tawanya.

"Hahahaha...! Ada ada saja kalian! Tapi terimakasih, kalian telah membuat suasana Natalku kali ini menjadi sangat istimewa. Ini akan menjadi Natal terindah dalam hidupku," Minggus segera berlari keluar kamar, memutar menuju ruang depan, lalu membuka pintu dan mempersilahkan teman temannya itu untuk masuk.

Rasa haru, senang, dan bangga bercampur aduk dalam benak Minggus. Ia benar benar tak menyangka, sahabat sahabatnya itu, yang bahkan berbeda keyakinan dengannya, rela melakukan hal konyol seperti ini hanya demi untuk menghiburnya yang sedang dilanda duka karena harus merayakan Natal tanpa kehadiran kedua orang tuanya.

Ah, siapa bilang Natal ini akan menjadi Natal terburuk meski tanpa kehadiran orang orang terkasihnya? Justru ini adalah Natal terindah yang akan Minggus kenang sepanjang hidupnya.

Terimakasih Togar. Terimakasih Slamet. Terimakasih Ucup, Wayan, dan Memey. Kalian memang sahabat sejati yang tak akan pernah bisa kulupakan.

--==☆☆☆==--


Spoiler for Mulustrasi tokoh ::
-
Diubah oleh indrag057 12-05-2022 16:07
rinandyaAvatar border
metnapAvatar border
terbitcomytAvatar border
terbitcomyt dan 12 lainnya memberi reputasi
13
1.9K
32
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan