Jakarta, CNBC Indonesia - Keputusan beberapa perusahaan makanan cepat saji Barat untuk nonaktif dari Rusia akibat sanksi nyatanya membuat beberapa kelompok masyarakat negara itu khawatir. Bahkan, ada diantara mereka yang melakukan penimbunan besar-besaran.

Dalam laporan New York Post, antrean panjang terlihat mengular di salah satu gerai cepat saji asal Amerika Serikat (AS), McDonald's, yang ada di Rusia. Antrean dan pemborongan terlihat di 850 titik toko perusahaan itu yang tersebar di seluruh wilayah milik Moskow.

Sementara itu, hal ini juga dikuatkan oleh seorang warga yang mem-posting stok burger McDonald's timbunan rekannya yang ditempatkan di kulkas. Tampak kulkas itu dipenuhi burger yang dilapisi kertas berlogo M.


"McDonald's tutup permanen di Rusia, ini simpanan teman saya," ujar salah satu pengguna Reddit yang mengunggah foto itu dikutip Jumat, (11/3/2022).

Hal ini pun juga mulai dijadikan peluang bisnis. Dalam situs jual beli terkenal Rusia, Avito, beberapa pengguna mulai menjajakan burger McDonald's dengan harga yang tak wajar.

Dalam suatu daftar yang diulas oleh The Post, seorang penjual menjajakan pai ceri McDonald's dengan harga 104.000 rubel atau lebih dari Rp 11 juta. Untuk kumpulan saus, beberapa penjual rela melepasnya dengan harga 50 ribu rubel atau Rp 5,2 juta.

McDonald's sendiri memutuskan untuk menyetop operasinya di Rusia karena mengikuti seruan terkait sanksi kepada Moskow pascaserangan ke Ukraina. Ini diharapkan juga mampu melumpuhkan kekuatan ekonomi Rusia yang menjadi pemasukan untuk serangan.

Selain McDonald's, beberapa perusahaan besar lainnya seperti Apple, Visa, Mastercard juga memutuskan untuk menghentikan sementara operasinya di Rusia.

link