Sumber gambar: https://www.influencive.com/11-ways-...appiness-life/

3 Jalan Menuju Kebahagiaan

NOTE
Tulisan ini bersifat subjektif, semua ini adalah versi saya sendiri. Saya tak berharap pembaca setuju dengan saya, saya hanya ingin berpendapat.

Buddha pernah berkata, “Tidak ada jalan menuju bahagia, bahagia adalah jalannya.” Lalu Lao Tzu juga pernah berkata, “Bila kamu menyadari tidak ada yang kurang di hidupmu, maka seluruh dunia adalah milikmu.”

Apa itu bahagia? Bahagia menurut pandangan saya adalah benda abstrak yang kita buat sendiri. Kebahagiaan ada ketika kita merasa puas, senang dan cinta dengan apa yang kita miliki. Kebahagiaan itu tidak dicari, tapi diciptakan. Siapa yang menciptakan? Kita sendiri.

Kita selalu berjauh-jauh mencari kebahagiaan di luar sana, padahal kebahagiaan itu dekat sekali. Di mana? Di dalam diri kita. Pada saat saya menulis artikel ini, apakah saya bahagia? Belum tentu. Rasa sedih, duka dan penderitaan bisa datang kapan saja. Karena hidup ini penderitaan, tapi setidaknya saya selalu berusaha supaya bisa bahagia.

Dan tulisan ini pun saya tulis bukan maksud untuk menggurui, saya hanya sekedar berbagi sekaligus reminder atau pengingat bagi diri saya sendiri apabila suatu hari saya dalam belenggu duka dan kesedihan. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengingatkan saya juga suatu hari nanti, proses hidup ini kan siapa yang tahu.

Berikut tiga poin yang biasa saya gunakan untuk menciptakan kebahagiaan.

🌸🌸🌸

Jangan bergantung pada dunia.

Apalah dunia ini, semua tidak kekal. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Hari ini kamu punya uang, mungkin besok bisa habis. Kamu punya harta, mungkin suatu hari bisa hilang. Kamu punya wajah cantik dan tampan, suatu hari akan menua dan jelek.

Tidak ada yang kekal kecuali ketidak-kekalan itu sendiri. Hidup ini adalah deretan proses yang terus berubah-ubah. Jangan berpikir bahwa segala sesuatu yang kita miliki sekarang bisa menjadi milik kita selamanya, tidak.

Ketergantungan kepada hal-hal duniawi hanya mendatangkan penderitaan dan kekecewaan. Ketika semua itu hilang, kita merasa sengsara seakan dunia berakhir saat itu juga. Kurangi juga rasa ke-aku-an dalam diri.

Jangan berekspektasi hasil yang sempurna

Bila kamu tak bisa melakukan sesuatu yang besar, maka lakukanlah hal kecil dengan cara yang baik dan tekun. Saat sedang berusaha, kita boleh bekerja semaksimal dan semampu yang kita bisa. Tapi jangan berharap hasil yang indah. Ekpektasi yang berlebihan adalah awal dari pudarnya kebahagiaan.

Usaha adalah urusan kita. Tapi urusan hasil, ada zat lain yang mengatur. Kenyataan selalu datang diluar pemikiran kita. Sebagai contoh, kita sudah susah payah berjuang sekuat tenaga untuk menang lomba. Tapi akhirnya kita kalah. Haruskah kita kecewa? Tidak, karena di luar sana masih banyak orang yang ikut lomba juga dan mungkin mereka berjuang jauh lebih keras dari yang kita lakukan. Jangan lupa intropeksi diri.

Takar pula kemampuanmu, bak cawan kecil yang di isi air satu gentong pasti akan tumpah. Begitu pula kita, pelan-pelan. Jangan langsung mematok ekspektasi tinggi. Bukan berarti kita tak bisa, mungkin saja bisa. Tapi semua butuh proses, tak ada hasil yang jatuh dari langit. Lakukan dulu hal-hal kecil, lalu berbahagialah dengan apapun hasilnya.

Seperti saya saat ini. Saya menulis dengan bahagia. Dan saya tak peduli bagaimana hasilnya, yang penting saya bahagia. Seperti kutipan Buddha di atas, bahagia itu bukan tujuan tapi jalan.

Jangan lupa bersyukur

Saya bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa, tapi saya bisa bahagia. Sementara di luar sana, ada sebagian orang yang harus sukses dulu baru bahagia. Sukses itu tak jelas ukurannya. Hari ini kita sukses membeli motor, lalu ingin beli mobil. Sudah beli mobil, ingin rumah. Sudah punya rumah, ingin jabatan. Sudah punya jabatan, ingin istri banyak.

Terus saja sukses itu dikejar-kejar sampai tak ada batasnya. Sampai akhirnya umur kita habis untuk mengejar yang namanya sukses itu. Ujung-ujungnya hidup cuma dapat capek. Kalau bahagia harus diukur dengan sukses, kapan mau bahagianya? Kapan mau menikmati hidup? Kapan mau bersyukur?

Bersyukur itu kuncinya bahagia. Seperti kata Lao Tzu di paragraf pertama, ketika kita bersyukur dengan yang kita punya sekarang, maka hidup kita akan jauh lebih ringan. Tanpa beban. Sementara jika kita terus berputar-putar dalam lingkaran keinginan, maka diri kita serasa dikejar-kejar.

Kalau keinginan kita terwujud, kalau tidak? Menderita lagi, sedih lagi, sengsara lagi. Maka kebahagiaan tertinggi adalah ketika kita merasa cukup, menikmati hidup dengan apa yang kita punya dan tetap bersyukur atas apa yang kita dapatkan.

🌸🌸🌸

Teman-teman, hidup manusia ini singkat. Maka berbahagialah selagi ada waktu. Kebahagiaan itu memang sedikit misterius. Kebahagiaan itu bagai peti harta karun, semua orang punya harta karun. Tapi belum tentu tahu di mana letak kuncinya.

Di mana kunci itu? Di dalam diri kita sendiri. Sementara banyak orang yang jauh-jauh mencari kebahagiaan, dengan harta atau pencapaian. Padahal alasannya hanya untuk bahagia, sekarang pun kita bisa bahagia. Saat ini, detik ini. Dengan apapun yang kita punya, kita bisa berbahagia. Maka berbahagialah.

Hari ini saya berdoa semoga semua manusia, hewan, tumbuhan dan semua makhluk lainnya berbahagia. Esok, nanti, selamanya. Semoga selalu berbahagia.

Mohon maaf bila ada salah-salah kata. Karena tulisan ini ditulis oleh manusia, bukan malaikat. Apalagi manusia dengan ilmu yang sedikit seperti saya. Sekiranya tulisan ini bisa jadi pengingat untuk saya sendiri nantinya. Atau bahkan bisa bermanfaat bagi semuanya, saya akan bahagia.

Semua ini adalah versi saya. Jangan berhentu mencari, mungkin nantinya di luar sana teman-teman akan mendapat jalan kebahagiaan yang lebih benar, lebih sempurna dari apa yang saya jabarkan di atas. Tak apa, ambilah yang menurut kalian benar.

Mungkin sampai di sini tulisan saya, sekali lagi mohon maaf kalau ada salah.

Salam damai. Sekian.

Harry Wijaya. 🌸