Yang Tak Pernah Tersampaikan
Karya seseorang yang menulis dalam duka

Hujan turun lagi. Membawa serta ribuan kenangan dan kisah yang tak pernah terselesaikan.

Kisah tentangmu, yang datang dan merubah dunia ini menjadi jauh lebih berwarna.

Dari sekian banyak cahaya bintang yang ada, hanya kau yang paling bersinar. Hanya kau yang rela datang dan memeluk aku yang diselimuti kegelapan.

Aku masih ingat, ketika hujan turun dan memaksa kita untuk berteduh. Menahan kita untuk pulang. Dan dengan wajah basah air hujan, kau tersenyum dengan indahnya.

Lalu kita berlari-lari, bermain-main seperti anak kecil. Tertawa lepas, sejenak merasakan bahagia yang tak terkira.

Tetapi, aku juga ingat hari itu. Hari di mana kau menutup mata dan tak pernah membukanya kembali.

Kau pergi terlalu cepat. Membawa semua warna yang telah kau berikan pada dunia ini. Apakah kau bisa melihatku dari surga sana?

Kau bagai pelangi yang muncul setelah hujan. Indah tetapi hanya sekejap. Setelah itu kau lepas dan terhempas jauh dariku. Selamanya tak akan bisa aku miliki.

Dunia ini telah berubah menjadi suram. Aku gelisah setiap kali kenyataan memaksaku untuk menerima bahwa kini kau tak di sisiku lagi.

Aku merasa aneh ketika aku tersandung batu dan terjatuh seperti anak kecil, akan tetapi tidak kudengar suara tawa darimu.

Aku merana ketika aku sadar tidak ada lagi yang memarahiku ketika aku malas belajar.

Sang waktu terus mendesak aku, semakin dewasa dan kian jauh dari masa-masa indah yang telah terlewati.

Aku tersenyum dengan dada sesak, setiap kali kenangan tentangmu hadir dan mengingatkan semua kisah yang tak pernah bisa aku ulangi.

Hatiku meraung meronta dalam belenggu duka dan sendu. Kala namamu tiba-tiba melintas dalam benak ini.

Dalam perjalanan hidupku. Aku hanya mengenal satu cinta. Yang tak pernah tersampaikan. Dan aku tak tahu bagaimana caranya mencintai seseorang selain dirimu.

Kau yang mengajariku cara untuk bahagia. Kini aku telah lupa. Aku tak bisa sebahagia dahulu saat kita berjalan beriringan.

Aku hanyalah orang malang yang diombang-ambingkan rindu, tanpa tahu di mana harus menepi.

Andai langit malam menyaksikan. Ingin rasanya aku menitipkan pesan ini kepada rembulan dan gemintang malam. Tuk sampaikan kepadamu, bahwa aku tengah merindu.

Depok, 30 September 2021

Kenapa dunia sebegitu kejamnya?