Salam untuk semua fashionista yang tetap setia membuat thread yang berkualitas, izinkan ane ikut meramaikan sub forum yang berbahagia ini. Ngomongin busana adat Indonesia tentu begitu banyak ragamnya. Nah, salah satu yang mau ane bahas kali ane adalah tentang busana elegan Indonesia yang sarat makna sejarah adalah busana Kebaya. Walaupun sudah ada sejak lama busana kebaya tidak ketinggalan zaman. Malah semakin modern perkembangan saat ini, busana kebaya juga ikut berkembang. Maka ane tidak heran bila ada busana kebaya modern yang dikembangkan oleh perancang busana ternama Indonesia maupun Internasional.

Bicara kebaya tentu ane harus tahu dulu dong sejarahnya. Ane mau ulas sedikit mengenai kebaya yang pernah ane lihat dan pegang langsung busananya , No joking. Apa sih yang dimaksud dengan kebaya? kok tiba-tiba ada yang kasih nama begitu?

Oke, menurut beberapa artikel yang ane baca ada beberapa ahli memberikan pengertian bahwa Kebaya berasal dari bahasa Arab ‘habaya’ artinya pakaian labuh yang memiliki belahan di depan.
Ada juga pendapat lain yang mengatakan Kebaya adalah sebuah blus berlengan panjang yang dipakai di sebelah luar kain atau sarung yang menutupi sebagian dari badan. Nah, sudah terbayang 'kan darimana asal usul kata Kebaya dan artinya?.



Seperti yang ane bilang di awal, bahwa Kebaya terus mengalami perkembangan sejak awal kemunculannya pada tahun 1300 – 1600 Masehi, diawali dengan busana perempuan berupa baju semacam tunik yang mulai digunakan oleh perempuan Cina pada masa pemerintahan Dinasti Ming. Kemudian berlanjut tahun 1500-1600 Masehi perempuan imigran Cina mulai muncul di wilayah Nusantara dan kemudian berkembang menjadi Kebaya Encim atau Kebaya Peranakan.



Pada waktu itu, busana yang menjadi cikal bakal kebaya masih berupa baju atasan berbentuk tunik, berlengan panjang,menutup leher hingga ke lutut, dan berbentuk mirip baju kurung. Sebelumnya, busana di daerah Jawa, Bali dan Sumatera, tampil sehari-hari mengenakan busana sejenis kemben tanpa atasan apapun, maka kebaya dianggap ideal sebagai baju atasan.



Tahun 1500-an, kebaya mulai dikenal sebagai busana khusus oleh anggota keluarga keturunan para raja di Pulau Jawa, dan pada tahun 1800 bersamaan dengan era penjajahan Belanda, bahan pakaian yang lebih baik seperti bludru, berbagai jenis kain sutera dan tenunan halus lainnya mulai muncul menggantikan bahan katun hasil tenunan yang sederhana (kain mori), karena jalur perdagangan tekstil antar Negara yang mulai ramai pada masa ini. Saat itu, penggunaan baju kebaya diterapkan menurut kelas sosial. Keluarga keraton dan para bangsawan mengenakan kebaya yang terbuat dari bahan sutera, bludru atau brokat.



Adapun perempuan Belanda atau keturunan bangsa asing mengenakan kebaya yang terbuat dari bahan katun dengan bentuk dan potongan yang lebih pendek. Keturunan Eropa lainnya yang berdiam di Indonesia, waktu itu juga mengenakan baju kebaya berbahan katun halus dengan hiasan brokat di pinggirnya, sedangkan dari kalangan biasa pada umumnya memakai kebaya dari bahan katun atau tenun biasa yang murah harganya.



Lanjut ke tahun 1900, pada masa ini kebaya tidak saja digunakan oleh penduduk asli Jawa, tetapi juga dikenakan sebagai busana sehari – hari oleh perempuan keturunan Cina maupun Belanda. Ada dua jenis kebaya yang banyak dikenakan, yaitu Kebaya Encim dan Kebaya Putu Baru (kebaya nyonya). Kebaya Encim adalah jenis kebaya yang dipakai oleh perempuan keturunan Cina, yang biasanya dihiasi dengan sulaman dan bordiran. Sedangkan Kebaya Putu Baru adalah kebaya bergaya tunik pendek berwarna-warni dengan motif yang cantik. Panjang kebaya putu baru tadinya mencapai mata kaki pemakainya, tetapi mengalami perkembangan sesuai zamannya.



Tahun 1945-1960-an, kebaya sedemikian luas dalam berbagai kesempatan dalam kehidupan rakyat Indonesia sehari-hari, baik di kawasan pedesaan dan perkotaan. Kebaya kembali meraih posisinya sebagai baju ideal perempuan Indonesia, bahkan kebaya telah menjadi identitas busana perempuan Indonesia bahkan disebut Busana Nasional. Kebaya tidak saja menjadi baju sehari-hari, tetapi juga dikenakan pada berbagai acara peringatan Hari Besar dan berbagai acara sosial pemerintahan yang dianggap resmi.

Tahun 1970 – 1980an, pengaruh budaya yang kuat dari Eropa dan Amerika membuat jalur dunia mode Indonesia bermuara ke sana. Berbagai tren fashion bermunculan menunjukkan gaya perkotaan atau modern yang mengikuti arus mode di Eropa dan Amerika. Kebaya yang oleh kaum muda dianggap sebagai busana tradisional, dan mulai dianggap ketinggalan mode sehingga kebaya mulai ditinggalkan, walau begitu kebaya masih dikenakan pada berbagai acara resmi atau pada upacara resepsi di tengah masyarakat khususnya kaum wanita. 



Tahun 1990 sampai saat ini, masa kejayaan kebaya kembali terulang, setelah beberapa perancang busana, seperti Ghea S. Panggabean, Anne Avantie, dan perancang busana muda lainnya merancang kebaya gaya baru yang kini sering disebut sebagai kebaya pesta atau kebaya modern. Para perancang busana ini membuat kebaya lebih modern dengan bentuk yang sangat serasi di badan dan dirancang dengan beragam bahan kain kebaya yang indah, bahkan menggunakan bahan yang mewah dan mahal seperti sutera organdi, lace, kain shantung bahan tekstil impor serta berbagai bahan yang terbuat dari serat alam lainnya seperti tenunan serat nanas dan serat pisang.

Bahkan, ada juga baju kebaya yang terbuat dari perpaduan unsur dan bahan, seperti logam, kristal, serta beragam manik-manik dan kerang. Ada juga yang dihiasi dengan lukisan tangan dan sebagainya. Kebaya kini mengalami perubahan menjadi lebih beragam, indah, menampilkan keanggunan modern, dan lebih serba guna.


Sumber:
Pendapat Pribadi
+
Moh. Alim Zaman, 2002. 100 Tahun Mode di Indonesia