Aksi berjilid jilid, setiap Jumat, nampaknya masih akan terus dilakukan. Mungkin saja kesuksesan meraup simpati politik pilkada DKI Jakarta 2017 akan terulang. Hal ini tercermin dari demo Jumat sebelumnya yang terdapat ajakan memilih salah satu capres dan cawapres. Serta mengharamkan memilih capres dan cawapres lainnya.

Mudah mudahan asumsi ini keliru. Dan semoga saja kita sadar dan mau serta mampu melihat, mana yang betul betul membela agama. Mana yang cuma berkedok saja memakai topeng ragam rupa.

Persoalan pembakaran bendera yang menyebabkan adanya alasan turun ke jalanan ini, sebetulnya sudah ditangani pihak yang berwenang. Pihak yang berwajib telah menentukan bahwa bendera yang dibakar adalah bendera yang merupakan simbol ormas yang sudah dibubarkan. Hal tersebut tentunya berdasarkan buku ormas tersebut, bukti lainnya, yang terlampir dan yang disita pihak berwajib, serta sudah diungkap dalam sidang penetapan pembubarannya melalui pengadilan. Baca juga thread sebelumnya ( bendera bukan berhala).

Pembakar bendera maupun pembawa bendera, dalam beberapa berita sudah ditetapkan sebagai tersangka. Walaupun penetapan ini masih berstatus dinamis atau sementara dan bisa berlanjut ke status lainnya, ada baiknya kita serahkan persoalan tersebut kepada pihak yang berwenang. Karena pihak berwajib tentunya tidak sembarang melakukan penetapan status serta mengambil tindakan. Mari kita serahkan itu, dan percayakan semuanya diproses sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.

Dan demo demo yang bisa merugikan kita semua ada baiknya dihindari. Karena setiap demonstrasi tentu ada kerugian yang dialami kita semua. Contohnya;

1. Pada demo Jumat kemarin, tersebar di sosial media, foto foto cara memberlakukan bendera yang kurang etis. Yang menganggap bendera mesti dihormati, nampak membawa bendera seperti kelelahan hingga ujung bendera sejajar dengan tanah. Bisa di cari di twitter.

2. Benar atau tidaknya gambar yang beredar, yang disinggung point pertama, ini jelas merugikan. Jika benar, kenapa bisa begitu, mengapa sembarangan memberlakukan bendera yang ada kalimat itu. Jika tidak benar, ini pun sangat merugikan, karena nyatanya ajang demo yang dilakukan, menjadi ladang fitnah dan perselisihan pendapat baru.

2. Simbol dan sinyal politik, menyusup kedalam acara demo. Hal ini terlihat dari beberapa video yang beredar, jelas sekali ajakan politik tertentu terdapat didalam kegiatan demo Jumat lalu. Ini pun merugikan kita, karena menjadi ajang pergunjingan yang tidak bermanfaat.

Ketiga hal tadi adalah merupakan sekelumit kerugian yang bisa didapat dari aksi demo yang terjadi. Demonstrasi bukan budaya negeri kita dalam menyelesaikan persoalan. Namun begitulah keadaan kita sekarang. Budaya bermusyawarah, yang juga sangat dianjurkan dalam agama, nampaknya sudah memudar saat ini.


Bendera yang menjadi akar persoalan merupakan atribut perang. Hal tersebut tercantum dalam berbagai riwayat hadis yang dikemukakan berbagai pihak yang ahlinya. Tentu saja penggunaan atribut dan simbol perang tak boleh dipergunakan untuk kepentingan yang tidak sesuai. Sosok TGB Zainul Majdi, yang juga merupakan salah satu ulama ternama di NTB, turut berkomentar memberikan pendapatnya atas persoalan ini. Berikut kita simak lampiran videonya: