Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
Jalan Panjang Untuk Selalu Pulang

Quote:



Spoiler for song for my heart :


Chapter 1 - A Little step behind

" Saka, kamu sudah ikhlas kan melepaskan dia buat bahagia, nak?" Tanya seorang wanita tua yang selalu dengan senyum teduh di bibirnya berkata kepadaku saat aku membaca sebuah undangan berbucket cantik yang aku temukan tertata secara rapi di meja belajarku dulu.
"Iya, bu. Aku ikut bahagia kok.."
" Kayaknya aku ga bisa datang menghadiri hari bahagia itu.."
" Hari Sabtu besok aku sudah harus berangkat lagi ke Singapura.."
" Pelatihan dari kantor yang aku ikuti mengharuskan aku berada disana sampai 2 Minggu lamanya.."
" Instrukturnya yang orang bule, ga bisa mentolerir alasan apapun tentang ketidakhadiran.."
" Sertifikasiku bisa hangus dan aku harus mengulang di tahun depannya.."
" Jawabku menerawang tak tentu arah.
Aku membayangkan dan berpikir bagaimana untung ruginya..sampai aku melewatkan kesempatan emas yang baru saja aku dapatkan. Di kantor ini, aku baru aja mendapatkan kontrak kerja untuk 2 tahun mendatang.

Sambil menerawang jauh, aku membayangkan kembali, dia.. mempelai wanita itu pastilah sangat cantik dan anggun memakai gaun pengantin panjang warna putih impiannya. Dengan melempar senyum penuh kebahagiaan kepada tamu, teman, sahabat dan relasi keluarga yang menghadiri pernikahannya.

Ah..dia emang layak buat bahagia dan mendapatkan sosok terbaik yang aku doakan semoga aja cocok buat mendampingi hidupnya ke depan.
Ya semoga saja...aku selalu ikut bahagia kalo dia mendapatkan hal terbaik untuk hidupnya.


Esok hari akupun dengan menegarkan hati membulatkan tekad dan keputusan yang sudah aku ambil ..aku tetap berangkat...
Aku menitipkan sebuah kado ke ibuku untuk diserahkan kepada kedua mempelai.. yang nantinya akan menyambut hari bahagianya seminggu ke depan, dan tak lupa aku menitipkan ucapan permintaan maaf melalui ibuku kepada kedua mempelai dan keluarganya perihal ketidakhadiranku.


Maafkan..bukan maksudku menghindari dan tak ikut bersuka cita dengan kebahagiaanmu, tapi semua karena keadaanlah yang memaksaku untuk tidak bisa menghadiri acara itu...karena masa depanku juga sedang aku rintis dan aku pertaruhkan, semuanya tergantung dari urusan kerja yang sedang aku perjuangkan saat ini...

Quote:


Hai perkenalkan semuanya...
Aku adalah Saka, seorang anak laki-laki bungsu satu-satunya di keluargaku, kakakku 2 perempuan yang usianya terpaut sangat jauh denganku. Aku terlahir di Kalimantan, karena ayahku dulunya bekerja di area pertambangan sebagai operator alat berat. Maka semua anak-anaknya lahir dan dibesarkan disana sampai usia sekolah dasar. Aku seringkali mendapat "berkah" bully dan dianggap bukan sebagai anak kandung orangtuaku pada saat keluargaku pulang kembali ke kampung halaman ayahku, karena fisik yang aku miliki yang sangat berbeda secara tampilan fisik dengan semua kakak-kakakku maupun kedua orangtuaku, aku dengan tampilan yang kental oriental, berkulit putih kemerahan, dan bermata sipit yang kuwarisi dari gen kakekku dari ibu, sedangkan kedua kakakku berkulit kuning langsat khas perempuan Jawa. Ya kakekku adalah seorang pria Chinese (please no sara),yang menikah dengan nenekku seorang wanita Jawa. Sedangkan ayahku adalah pria Jawa yang mempunyai sedikit campuran darah keturunan Arab dan Jawa dari kakeknya. Dan warisan gen berkulit putih dan bermata sipit akhirnya hanya jatuh kepadaku di keluargaku dan sepupuku perempuan, anak dari tanteku di semua cucu-cucu kakekku yang Chinese itu. Semua keluargaku sangat menyayangiku walaupun aku berbeda dari mereka semua, aku dulu seringkali merasa bahwa karena fisikku, aku seringkali merasa rendah diri karena merasa aku adalah anak adopsi dari ayah ibuku, ternyata semuanya itu tidaklah benar setelah aku mengetahui kenyataan silsilah sejarah keluarga dari ibuku yang bercerita secara gamblang tentang riwayat keluarganya dan adik-adiknya yang juga mempunyai tampilan bermacam-macam.

"Saka, kamu harusnya mainnya sama teman-temanmu di perumahan kompleks sebelah tuh, disanakan rata-rata anak-anak cina yang kaya. "
" Hei..kamu...! sini.. ! bagi uang..! pasti kamu duit jajannya banyak,secara keluargamu orang kaya..! "
" Kamu ga pantes hidup di kampung sini! kamukan anak adopsi dari orang tuamu, hahaha.."

Kata-kata dan perlakuan kasar dari sesama teman di lingkungan sekitar maupun sekolah, sering aku terima di kehidupan awalku di kota ini. Oh ya, rumah ayahku di kampung yang aku tinggali saat itu, adalah peninggalan warisan dari kakekku, ayahku adalah orang asli kampung disitu. Ayahku sejak masih sangat muda sudah merantau di Kalimantan dan bekerja di pertambangan. Dan saat dirasa sudah cukup untuk waktunya kembali pulang ke kampung halaman, beliau mengajak kami sekeluarga buat pulang ke Jawa. Di kotaku, awalnya aku yang saat itu belum bisa berbahasa Jawa, sering jadi bahan ledekan, dan bullyan, beruntungnya sebagian tetangga di sekitar rumahku adalah sanak saudara ayahku, mereka segera memaklumi dan membantu aku dan kakak-kakakku untuk belajar bahasa Jawa. Aku yang paling kecil diantara keluargaku awalnya terkadang sangat kesulitan beradaptasi terutama bahasa dan kebiasaan yang aku miliki. Kidal, di tradisi Jawa apalagi di kampung ayahku, orang yang berkegiatan dengan menggunakan tangan ataupun kaki kiri adalah sesuatu yang dipandang tidak bagus, ataupun kurang sopan. Aku adalah seorang yang kidal permanen di semua hal, menurut orang tuaku itu semua karena warisan dari kakekku yang Chinese. Beliau selalu melakukan semua aktifitas dengan tangan dan kaki kiri sebagai komponen utama. Jadi kebiasaanku itu jadi sebuah hal yang aneh dan tidak lumrah untuk penduduk kampung situ ( pada waktu itu) sekarang mungkin seiring perkembangan jaman di kampung ayahku mungkin sudah ada juga anak-anak yang kidal juga.Jadi itulah sekilas gambaran masa kecilku yang berbeda dan mendapatkan banyak kenangan masa kecil yang tak akan terlupakan. Untuk menjaga diriku dari kerasnya bullying dan pergaulan masa kecilku yang terkadang sering adu kontak fisik, aku sedari SD sudah diikutkan oleh orang tuaku untuk latihan karate dan taekwondo di sasana-sasana yang dekat dengan rumahku. Hingga aku menginjak masa SMA kelas 3, aku sudah mencapai sabuk hitam Dan 1 untuk karate dan taekwondo di akhir menjelang kelulusan SMA. Namun yang aku sampai serius terjuni adalah taekwondo karena aku sangat menyukai gerakan tendangan kaki yang terangkat ke atas, sejajar dengan dahi, bagiku hal itu seperti layaknya penari balerina yang sangat memukau sekali. Sampai suatu saat karena menekuni hobi di bidang ini bisa mengantarkan aku menjadi atlet profesional taekwondo di tingkat daerah, hingga aku mewakili kotaku untuk berlaga di kejurda.
Cukuplah sekilas gambaran singkat masa kecilku yang bisa aku ceritakan di awal ceritaku ini.

SOME PLACE IN 2***
Di kehidupan SMA aku bersekolah di sekolah swasta milik tentara, dimana sekolahnya berada di kawasan militer, walaupun orangtuaku bukanlah militer, namun keluarga besarku dididik secara militer, jadi aku ga kaget dengan disiplin ala tentara, tapi ya karena aku ga tertarik untuk masuk ke dunia ini jadi aku lebih banyak membangkang. Di sekolah SMA ***** ****** aku masuk di jurusan IPS, disana aku memiliki seorang sohib, Rio namanya karena kami mempunyai kesamaan hobi yang sama yaitu bermain musik, oh ya aku juga menekuni permainan gitar klasik dari mulai SMP kelas 3 hingga mencapai tingkatan grade 6 di akhir menjelang kelulusan SMA ( grade 6 = buku 6 adalah tingkatan paling tinggi untuk siswa kursus gitar klasik umumnya di lembaga kursus gitar klasik Yamahmud). Di sekolah aku membentuk sebuah band, Rio sobatku sebagai drummer, sedangkan aku bermain gitar. Sebagai band SMA kami hanya bermain di pensi sekolah sendiri maupun di sekolah lain yang mau menerima partisipan pengisi acara pensi.

" Bre, bulan depan kita ada kesempatan bermain di pensi SMA ******** yang terkenal dengan cewek-ceweknya yang high quality. " Rio datang memberi kabar di saat aku dan beberapa teman satu band berkumpul di waktu istirahat jam pertama yang biasanya kami gunakan untuk berkumpul di belakang gedung sekolah buat merokok. Ya kami biasanya para pelajar yang sudah kecanduan rokok akan berkumpul di belakang sekolah di kantin belakang, karena disini sangat minim pengawasan dari para guru. Berbeda dengan kantin depan dimana siswa-siswi yang kalo jaman dulu disebut sebagai anak gaul sering dijadikan tempat nongkrong buat jajan.

" Wah boleh juga tuh, siapa tau kita bisa tebar pesona ke cewek-cewek sana ya ? Hehehe.. " sahut Aji tersenyum senang, dia adalah salah satu personil bandku yang emang rada tengil dan paling pemberani kalo kenalan ke cewek-cewek. Selain karena dia mempunyai modal wajah yang agak ganteng kalo menurutku dan teman-teman di komunitas band sekolahku.
" Gimana, Ka?" Tanya Rio kepadaku seolah butuh persetujuanku, apa aku senang dengan kabar gembira ini.
" Oke sih.." jawabku pelan karena sesungguhnya aku sedang fokus melihat ke arah lain, dimana saat itu sepertinya aku melihat sosok yang sangat familiar dan aku kenal. Aku merasa itu seperti teman dekat SMPku, apa emang iya dia bersekolah juga disini? Seseorang dari masa lalu yang masih selalu aku ingat namun sayang aku tak pernah lagi berjumpa dengan dia semenjak aku lulus duluan dan meninggalkan sekolah itu, aku tak pernah tau lagi kabarnya seperti apa. Sekolahku yang sekarang sangatlah jauh dari domisiliku dan dia yang dahulu satu SMP negeri yang notabene sangat dekat dengan kawasan rumah kami. Ah.. mungkin aku hanya berhalusinasi secara mungkin aku sudah lama tak ketemu dia lagi sejak aku lulus duluan dari SMP.
" Emangnya kenapa, Ka? Kok kamu seperti berat gitu menjawab pertanyaanku soal tampilnya band kita disana itu? " Rio keheranan kembali mencecarku dengan alasan jawabanku yang terkesan malas menanggapi kabar gembira itu.
" Bukan masalah itu, sob. Aku tadi sepertinya berhalusinasi melihat teman lamaku waktu di SMP, di kantin depan itu tuh, tapi aku pikir lagi ga mungkin deh dia bersekolah disini yang sangat jauh dari rumahnya dulu. " Jawabku singkat.
" Anaknya yang mana sih? Cewek apa cowok tuh? " Cecar Dimas temanku yang rada kalem akhirnya buka suara juga.
" Ceweklah.. dia adik kelasku di SMP dulu. " Jawabku melongok kembali ke arah kantin depan yang menjual bakso, dimana banyak sekali anak-anak yang sedang antri bergerombol, dan aku kesulitan menemukan siapa yang aku lihat tadi, ah mungkin emang benar tadi aku sedang berhalusinasi aja.

Pulang bubaran sekolah hari ini, seperti biasa aku biasanya naik angkot bersama dengan Rio, rumahnya dan rumahku searah satu jurusan. Bersama dengan anak-anak yang lain kami terkadang berjalan dahulu ke terminal pemberhentian semua jurusan angkot di kotaku, jaraknya lumayan jauh dari sekolah kami, sekitar 2 km, tapi karena kami jalan beramai-ramai dan bersama-sama dengan banyak kawan-kawan, jarak segitu tak terasa jauh, dikarenakan kami ngobrol meneruskan obrolan yang dirasa kurang di sekolah tadi.

" Hai, Rio.." seorang cewek tersenyum ramah berjalan bersama temannya menyapa Rio dan berjalan mendampingi kami berdua, spontan aku dan Rio menoleh ke arah kedua orang gadis itu.
" Hai, Fan.. tumben jalan ke terminal, biasanya kan kamu dianter jemput ya? " Jawab Rio tersenyum ke arah gadis yang dipanggilnya Fan tadi. Aku sih cuek aja masih terus berjalan sambil menikmati rokok yang aku hisap. ( Aku perokok aktif dari mulai kelas 3 SMP, dan sudah bebas merokok walaupun itu di rumah)
" Iya, nih..aku sih kepingin kayak anak-anak lainnya, naik angkot bareng-bareng, bosen berasa kek anak SD aja, kemana-mana dianter jemput, ntar aku ga ngerasain namanya suka duka masa SMA dong ya? Hehehe.." jawab Fani sambil tersenyum yang sekilas pas aku lirik dia waktu tersenyum, ternyata dia manis juga anaknya. Aku sih merasa walaupun satu sekolah tapi baru kali ini mengetahui ada cewek manis selain di kelasku. Ah.. rupanya aku emang cupu dan terlalu cuek , sampai ga peduli sama siapa aja cewek-cewek menarik yang ada di sekolahku.
" Oh gitu ya...oh iya Fan, kenalin nih temanku yang cupu, hehehe..." Jawab Rio sambi meledek mengenalkan aku pada 2 temannya itu.
" Hai, kamu pasti Saka sobatnya Rio ya..aku Fanny, dia banyak cerita soal kamu lho.. hehehe.." Fanny tersenyum sangat manis menyodorkan tangannya padaku.
" Hai Fan ..aku Saka...emangnya nih kunyuk cerita apa ya soal aku? awas aja kalo cerita yang jelek-jelek. !." Aku menyambut jabat tangan Fanny sambil tersenyum tipis, dan kemudian berganti mengarahkan tanganku ke temannya yang ternyata bernama Clara.
" Hai Clara..." Sapaku pada teman Fanny yang penampakan fisiknya sejenis dengan aku, ya Clara nampaknya adalah gadis keturunan Chinese, seperti terlihat dari tampilannya yang sangat beda dengan teman-teman di sekeliling kami.
" Hai juga Saka..kamu anak IPS 3-1 ya? " Tanya Clara sambil tersenyum yang tak kalah manisnya dengan senyuman Fanny.
" Iya, aku IPS 1 beda sama nih provokator..kalo kalian bukan anak IPS kan?" Tanyaku sambil melambatkan langkahku untuk berjalan beriringan dengan mereka bertiga, karena awalnya aku kurang enak karena belum kenal maka aku berinisiatif berjalan di belakang mereka.
" Iya nih, ka. Aku sama Clara kan anak IPA 3-1, aku Clara dan Rio dulu pas kelas 1 itu teman sekelas. " Fanny menerangkan ihwal pertemanan mereka bertiga.
Kok Rio ga pernah cerita ya kalo berteman dengan cewek-cewek manis. Hehehehe..apa emang aku yang terlalu ga peduli sama lingkungan ya, sampai hal itu terlewat begitu aja di pikiranku.
" Oh begitu ya.." jawabku asal.
" Emang nama marga keluarga kamu apa, Saka? " Tanya Clara yang sedikit mengagetkan aku, mengingat nama ayahku tak punya nama keluarga besar.
" Hah ? Maksudnya apa ya, Clar? " tanyaku sambil membelalakkan mataku keheranan dengan maksud pertanyaan Clara barusan.
" Kalo keluargaku kan nama marga Chinese nya itu Ong, kalo keluargamu apa tuh, ka? " Kembali Clara keukeuh ngotot bertanya asal usul keluargaku.
Aku hanya bisa menarik nafas berat dan berpikir, bagaimana aku tau nama Chinese kakekku kalo ibuku tak pernah menceritakan nama asli cina kakekku, secara dia bernama seperti orang Indonesia pada umumnya karena kebijakan pemerintah masa lalu yang mengharuskan kakekku mengganti namanya supaya tak dituduh seperti simpatisan gerakan yang pernah mencoba kudeta pada pemerintah masa lalu.
" Hei Clar..udah aku bilang kan...dia tuh cina kW, abal-abal, tampilannya aja kek koko-koko padahal dia tuh asli Jawa, aku kenal dan tahu semua keluarganya, ayah ibunya..dia kan anak adopsi.. hahaha..becanda bre.." Rio semakin kurang ajar membullyku, ya aku udah terbiasa dengan bullying-bullying seperti ini, malah tak ada perasaan marah sering dikatain seperti itu. Karena aku udah terbiasa dikatain ini itu dari aku masih kecil
" Ayahku orang Jawa asli kota ini, Clar. Sedangkan aku dapat warisan tampang seperti ini ya dari almarhum kakekku, ayahnya ibuku.." jawabku sambil tersenyum kecut.
" Oh begitu ya..aku kira kamu seperti layaknya aku, maaf ya ka..aku jadi merasa ga enak karena kamu pasti marah ya dikatain seperti itu. " Clara menyahut pelan, sepertinya menunjukkan kalo dia menyesal telah bertanya hal seperti itu kepadaku. Nampak sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca.
" Clara, ga papa kok..aku tuh udah biasa ditanya seperti itu, aku ga pernah marah kok, jadi santai aja ya, ga usah sampai merasa bersalah apalagi sampai sedih begitu. " Jawabku tersenyum setulus mungkin pada Clara.
" Saka, Clara tuh anaknya perasaannya halus banget, jadi dia itu sensitif sama hal yang dirasa menyentuh hatinya dia pasti mewek .. hehehe.." Fanny mengatakan hal itu padaku yang aku bales dengan senyum tipis.
" Ih Fanny..apaan sih...aku kan jadi malu sama Saka tuh.." jawab Clara tersenyum malu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Tak terasa kami berjalan sambil mengobrol akhirnya sampai juga di pangkalan terminal angkot. Aku dan Rio mengantarkan dulu kedua gadis ini ke angkot yang akan mereka naiki, sedangkan aku dan Rio karena jalurnya hanya terpisah dua jalur jadi ga seberapa jauh.
" Saka, bagi nomor HP kamu dong! " Clara berkata manja melongokan kepalanya di sela pintu depan angkot waktu aku dan Rio akan beranjak meninggalkan angkotnya.
" Aku jarang punya pulsa, Clar, percuma juga kamu SMS, pasti nanti jarang aku bales deh. " Candaku padanya, yang dibalas dengan rengutan muka jutek yang dibuat-buat, yang bagiku malah terkesan lucu karena matanya yang sipit malah terkesan ga kelihatan sama sekali.
" Ya seenggaknya kalo kamu ga bales SMS dari aku, ntar aku yang nelpon kamulah..! " Clara menjawab sambil sedikit ngotot yang malah membuat aku, Rio dan Fanny tersenyum senyum karena kelucuannya yang ga disengajanya.
" Nih, catet sendiri ya, aku kan lupa sama nomor HP aku sendiri. " Jawabku sambil menyerahkan ponselku yang sudah aku buka menu di phone book yang menampilkan namaku. Aku emang ga pernah menghapal nomor ponselku, karena jaman dulu buat dapat nomor yang spesial kan harganya sangatlah mahal, manalah mampu aku membeli kartu perdana mahal yang mahal itu, karena untuk pelajar seperti aku ini yang uang jajannya tersedot habis buat kebutuhan membeli rokok, faktor nomor ponsel pokoknya bisa dibuat untuk berSMS dan telpon ( timeline waktu itu hanya SMS dan telpon)
" Makasih ya, Saka..ntar kalo ada waktu luang aku SMS kamu deh... bye bye.. Saka ." Clara mengembalikan ponselku sambil tersenyum sangat manis kemudian melambaikan tangan.
Aku dan Rio segera bergegas menuju angkot jurusan kami, buru-buru buat pulang cepat ke rumah nampaknya bisa meredam panasnya cuaca dan capeknya hari ini bersekolah. Di dalam angkot, aku masih terus bertanya dalam hati ada apakah gerangan sampai gadis secantik Clara ngotot minta nomor HPku? Ah jangan-jangan aku cuma geer semata...dasar cupu...


INI👉 DAFTAR CHAPTERNYA
Spoiler for mmm mmm mmm:


(BERSAMBUNG AJA)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 25-09-2023 12:04
guesiapasih
monsterpinky
pussyabigore
pussyabigore dan 34 lainnya memberi reputasi
35
40K
1.2K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
#287
CHAPTER 67 - TUNTUTLAH SAMPAI KE NEGERI CINA
Spoiler for Seek N' Destroy:
Medio Oktober 20XX
Menghabiskan waktu perjalanan hampir 12 jam lamanya, pesawat yang sedari siang membawaku akhirnya mendarat di bandar udara internasional Lukou di kota Nanjing, Propinsi Jiangsu. Salah satu propinsi di wilayah bagian timur Chinese Mainland. Sebuah kota yang sama sekali ga pernah aku bayangkan untuk aku kunjungi. Aku ga punya banyak bekal informasi apapun tentang kota ini, hanya sedikit petunjuk informasi dari cerita papanya Siska yang beberapa kali datang kemari.

" Disana nanti kamu benar-benar harus berjuang sendirian buat dapetin Arthur bawa balik ke kota kita. "
" Kami disini sementara ini hanya bisa bantu kamu untuk kasih akses berangkat kesana. "
" Kamu pasti paham dan ngerti ama apa yang udah om obrolin tempo hari kan, Ka? "


Hanya pesan itu yang terus menerus terngiang jelas di telingaku. Bodohnya aku tadi kelupaan membawa buku bacaan yang kapan hari udah aku persiapkan dari rumah. Rasanya dengan sibuk membaca buku bisa membunuh rasa jenuh dalam perjalanan ini. Begitu pesawat mendarat dengan mulus di landasan, aku langsung buru-buru bergegas keluar bersama rombongan penumpang. Menuju ke arah pintu keluar kedatangan. Dari chat BBM yang aku lakukan ama Om Thomas, katanya bakalan ada seseorang yang menjemputku di pintu keluar kedatangan. Aku langsung mendekat dan menelisik ke arah sekumpulan orang-orang yang berdiri berjajar di area para penjemput. Meneliti dengan pandangan seksama ke arah wajah orang-orang yang rata-rata bermata sipit. emoticon-Ngakak (S)

Quote:


Nampak di depan sana pemandangan orang-orang yang berkumpul menunggu di pintu keluar kedatangan. Mengingat sekarang adalah jadwal kedatangan penerbangan terakhir di bandara ini. Mereka rata-rata merentangkan kertas yang bertuliskan huruf hanzi (huruf tulisan China) ke arah sekumpulan rombongan orang-orang yang keluar bersamaku. Dari sekian banyaknya orang disana, aku belum ngeliat tulisan kertas bertuliskan huruf latin sama sekali. Masih dengan terus celingukan aku lalu menajamkan pandangan dan berjalan ke arah ujung pintu keluar. Dimana batas luar pintu kedatangan yang berbatasan langsung dengan lahan untuk parkir mobil.

"Ah... rupanya ada juga yang menuliskan namaku disana . " Batinku senang, aku bergegas menghampiri seorang pria berperawakan jangkung yang nampak tersenyum ramah ke arahku.

" Kamu Saka kan ? " Tanyanya dengan bahasa Indonesia beraksen Jawa medok. Dia langsung mengulurkan tangannya untuk mengajakku berjabat tangan. Lega rasanya aku mendengar kembali orang berbicara denganku make bahasa Indonesia.

" Hehehe..iya, Ko. "
" Kok koko tau kalo saya yang harus dijemput?
" dengan cengengesan sambil menganggukkan badan di hadapannya, aku menyambut uluran jabat tangannya. Aku sempat bergumam dalam hati kalo orang ini terlihat tinggi banget di hadapanku dibandingkan tinggi badanku. Mungkin tinggi badan pria ini sekitar 185 cm. Terlihat sangat tinggi diantara orang-orang di sekelilingnya.

" Aku Jojo, saudaranya om Ferry. "
" Aku ingat wajahmu di foto paspor dan visa yang udah dikirimkan ke aku. "
Jawabnya tersenyum ramah sambil menepuk pundakku.

Aku tersenyum mengangguk mendengar ucapannya. Jojo langsung mengajakku pergi dari kawasan bandara. Saat ini udah hampir tengah malam. Udara disini lumayan dingin banget, anginnya kurang sopan. Mungkin karena di bandara ini ga ada peringatan dengan tulisan, anda sopan kami segan emoticon-Ngakak (S)

Dari obrolan dalam perjanan menuju ke rumah yang katanya adalah tempat tinggal sementaraku di kota ini. Jojo sedikit bercerita kalo dia udah lumayan lama tinggal disini. 10 tahun lamanya dia berada disini bersama keluarga kecilnya. Jojo sendiri bekerja di perusahaan milik om Ferry yang bergerak sebagai importir alat-alat teknik buatan negeri ini. Jojo sendiri adalah seorang Chindo, dia berasal dari kota yang terkenal dengan lumpianya. Usia Jojo aku taksir sepantaran ama abang angkatku, Bang Rizal. Jojolah yang mengetahui semua informasi tentang keberadaan Arthur selama berada di kota ini.

"Selama anak itu mulai disini, kemanapun dia pergi selalu dikawal 4 orang, Ka. " Cetus Jojo saat kami tiba di sebuah rumah kontrakan sederhana yang bakal jadi tempat tinggalku. Bangunannya merupakan bangunan khas rumah cina tua tempo dulu. Rumahnya ga terlalu besar. Untuk pagar depannya adalah tembok bagian ruang tamu rumah itu sendiri. Alias keberadaan rumah itu sangat mepet dengan jalan raya di perkampungan. Rasanya sangat cukup buat aku tempati sendiri. Jojo sendiri tinggal di tempat yang katanya lumayan jaraknya dari rumah kontrakanku. Dia tinggal bersama istri dan 2 anaknya.

"Kamu yakin bakalan ngambil anak itu sendirian aja, Ka? " tanya Jojo dengan pandangan miris ke arahku. Aku menjawab dengan anggukan kepala.

" Kamu harus beneran hati-hati, Ka. "
" 2 orang penjaganya megang senjata api
. " Ucap Jojo tersenyum menyeringai.
Aku mencerna ucapan Jojo barusan. Asli aku tercengang. Langsung menelan ludahku yang terasa sangat berat banget kek abis makan dan nelen kerupuk kulit badak. emoticon-Hammer (S)

Bukannya aku ga memperhitungkan segala kemungkinan. Aku udah memperhitungkan hal itu. Kemarin aku sempat memikirkan bagaimana kalo resiko sekarang yang aku hadapi adalah resikonya mengancam nyawaku? Semua udah kepalang tanggung untuk membatalkan niatan. Fakta aslinya berbanding terbalik dengan harapan yang semula aku inginkan. Untuk berhadapan dengan 4 orang yang mengeroyokku tanpa senjata aku masih yakin sangat berani walaupun kans untuk menang itu tipis. Itu bergantung kemampuan bertarung lawanku juga. Mereka orang terlatih atau engga? Sedangkan untuk berhadapan dengan cara keroyokan dan saling bersenjata tajam peluang keberanianku masih aku yakini ada di angka 50%. Tapi kalo lawanku make senjata api? Aku harus realistis, Jum ! Nyawaku cuma 1, aku bukan manusia berkulit besi atau ksatria berbaja hitam apalagi baja ringan galvalum emoticon-Ngakak (S)


" Awakku Jum! "emoticon-Kalah


"Sebenarnya kita bisa minta bantuan klan disini terutama musuh bebuyutan mereka untuk menghadapi penjaga yang bersenjata api. "

" Tapi nanti akan ada harga besar yang harus kita bayar disana (di kotaku). "

" Mereka minta jatah lahan khusus yang sangat besar buat masuk dan akhirnya menguasai sebagian bisnis di negara kita
. " Ucapan Jojo sama persis kek omongan Om Thomas. Bagaimanapun juga aku selalu ingat ucapan papanya Siska, kalo sementara waktu aku harus benar-benar berjuang sendiri untuk memaksa Arthur aku bawa pulang ke kotaku. Om Thomas bersama teman-temannya sementara hanya bisa membantu menyediakan akses aja.


XXXXX



Keesokan harinya..

" Penampilan si b*ngs*t Arthur sekarang lain, beda banget. " Batinku, sekarang aku ngeliat langsung penampakan dia. Diantar Jojo ke sebuah tempat yang selama ini jadi tempat persembunyiannya. Dari jarak sekitar 200 meter, aku mengamati Arthur di dalam mobil yang Jojo kendarai. Sekarang Arthur udah ngerubah total penampilannya. Kalo dulu selama di kotaku, Arthur biasa dikenali dengan penampilan potongan rambut ala-ala David Beckham yaitu potongan outgrowndengan rambut yang di bleach warna blonde. Kini Arthur merubah total penampilannya dengan memanjangkan rambutnya gaya rambut aktor Mandarin Steven Chow di film Kungfu Hustle. Sekilas ga ada yang janggal kek orang-orang di sekitarnya, banyak yang berpenampilan kek dia. Saat itu emang sedang trend pria-pria muda mandarin punya potongan rambut kek gitu. Ga ada yang akan nyangka kalo Arthur adalah seorang WNI, entah selama dia disini bisa bicara bahasa Mandarin atau engga. Aku inget cerita om Thomas, kalo gigi depan Arthur udah rompal dan abis semua setelah digampar Siska pake tongkat baseball. Ditambah pukulan bertubi-tubi om Thomas ke arah mulutnya di hadapan orangtuanya.

" Pasti sekarang dia make gigi palsu ! " Batinku ketawa membayangkan si b*ngs@t tiap mau dan bangun tidur, pasti ngelepas gigi palsunya dulu emoticon-Ngakak (S)

" Kamu hati-hati, 2 orang dari 4 pengawalnya, bersenjata pistol, Ka. " Cetus Jojo tersenyum nyengir ngeledek. Rasanya baru sekarang aku denger informasi ini.

" F*ck ! " Umpatku dalam hati. Awalnya aku hanya mengira kalo Arthur hanya dilindungi oleh para penjaga yang hanya bermodalkan kemampuan bela diri.

"Andai bang Rizal ada disini.. " batinku.

"Mungkin aku harus make cara dengan bergabung menjadi anggota bagian dari kelompok mereka. "
" Tapi bagaimana caranya masuk kesana
? " pemikiranku terus menerus bermonolog.

Kenapa Arthur ga langsung aja ditangkap ama kelompoknya Jojo disini? Kelompok Jojo disini hanya berjumlah sedikit dan kecil, jelas bukan tandingan dan lawan sepadan untuk klan yang dipake orangtuanya Arthur buat melindungi anaknya. Kelompok Jojo hanya memprioritaskan perlindungan keamanan terhadap bisnis yang mereka jalani disini. Dunia bawah tanah selalu menyimpan banyak misteri, sangat berbeda jauh sama sekali ama skenario film yang terlihat mudah. Disini ada ratusan klan yang eksis untuk saling berebut kekuasaan. Mereka akan saling menunjukkan kekuatan siapa yang terkuat dan disegani. Orang tua Arthur berani membayar mahal banget untuk jaminan perlindungan anaknya. Sebut saja nama klannya " Pat Kay", jadi Pat Kay adalah klan terkuat yang memegang banyak daerah kekuasan terutama jalur utama keamanan untuk barang-barang muatan di pelabuhan kargo EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), keamanan beberapa tempat hiburan milik mereka atau milik orang-orang yang mau membayar perlindungan pada mereka.

" Itu kan namanya si Arthur? " Ucap Jojo dengan kode dagunya ke arah kumpulan 5 orang yang sedang berdiri di depan gedung apartemen. Entah sekarang mereka sedang ngapain berdiri disana?

" Iya, Ko. "
" Beneran itu si pengecut b*ngs*t Arthur k*p@r*t.
. " Jawabku yakin dengan apa yang aku liat di depan sana. Darahku langsung mendidih banget waktu ngeliat penampakan Arthur dari jauh.

" Bukannya sekarang ini aku takut berhadapan ama dia dan pengawalnya. "
"Aku hanya ga pingin mati konyol hanya karena kecerobohanku dan kebodohan tanpa perhitungan yang tepat
. " Batinku.


XXXXX


Quote:


Rasanya aku harus secara ekspress dan cepat untuk belajar bahasa Mandarin. Jojo membantuku dengan mengenalkan pada seseorang yang akan mengajariku untuk belajar mudah berbicara bahasa Mandarin. Om Suhartono namanya, nama asli cinanya adalah Xie Jun Hao. Beliau kebalikan dari akungku. Semasa remaja hingga dewasa dihabiskannya bekerja di perusahaan perkapalan di kotaku. Jadi dia sangat fasih bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa aksen kotaku yang kasar. Dari beliaulah aku belajar bagaimana memahami komunikasi dalam bahasa Mandarin sehari-hari. Dalam waktu yang relatif lumayan singkat, kurang lebih 3 Minggu aku mulai bisa lancar berbicara dengan orang-orang di sekitar rumahku. Jojo dan teman-temannya sampai rela mengetes langsung kemampuanku dalam berbahasa Mandarin. Intinya sekarang aku bisa lancar berkomunikasi make bahasa Mandarin.


XXXXX



Berbekal kemampuan lancar untuk berkomunikasi rasanya aku harus memberanikan diri untuk mulai lebih membaur dengan kehidupan disini. Ya.. aku akhirnya bekerja untuk mendapatkan pemasukan buat kebutuhan hidupku disini. 1 bulan sebelumnya aktivitasku terkesan membosankan. Hari ini aku akan mulai kerja jadi tukang cuci piring di sebuah kedai makanan yang lumayan besar. Semuanya karena bantuan om Suhartono yang mengenalkanku ama pemilik kedai. Lumayanlah, aku bisa mendapatkan sedikit uang, sedangkan untuk urusan perutku aman jaya terkendali. Banyak ilmu yang bisa aku dapatkan di tempat ini. Di waktu senggang setelah tugas mencuci piring selesai, aku akan membantu koki menjadi asisten mereka. Menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasak. Awalnya aku hanya disuruh mencuci piring-piring kotor. Trus lama kelamaan dipercaya untuk bantuin bagaimana memotong bahan-bahan untuk kemudian diolah jadi menu masakan pesanan. Sedikit banyak aku mulai tau resep-resep yang familiar bisa aku hapalkan seperti nasi goreng, mie goreng (di kemudian hari kemampuan memasakku banyak dipuji keluargaku yang ga nyangka kalo ternyata aku bisa juga memasak dengan rasa yang setara dengan kedai Chinese food ternama di kotaku) emoticon-Amazed



Di sebuah sore hari, Om Thomas meneleponku untuk menanyakan kabar tentang perkembanganku di kota ini.

" Selama hampir 2 bulan ada perkembangan apa, Ka ? " Tanya Om Thomas setelah dia basa-basi nanya tentang kabarku.

"Hmm.. saya masih nyari celah buat deketin si Arthur. " Lalu aku bercerita panjang kali lebar kali tinggi alias alasan. Begitu susahnya kondisi yang sekarang aku hadapi. Hambatannya jelas 4 orang pengawal Arthur yang 2 diantaranya bersenjata api.

" Jadi dia menyewa klan Pat Kay buat jagain dia? " Tanya Om Thomas sedikit kaget dengan kabar yang aku sampaikan.

" Iya, Om. " lalu aku menceritakan bagaimana rencana yang udah aku susun buat masuk ke kelompok mereka. Satu-satunya cara itu yang aku rasa adalah satu-satunya kesempatan buat memecahkan masalah ini. Berbekal sedikit info yang kemarin aku dengar dari bos tempatku bekerja maupun saran dari Jojo.

Masuk menjadi anggota bagian dari " Attack Dog " klan Pat Kay adalah hal yang terdengar paling masuk akal. Setelah aku akrab dengan orang-orang disana, aku pastikan mereka akan membantuku buat berhadapan dengan 4 pengawal Arthur. Sekalipun kita berada di klan yang sama.

" Aku bersumpah akan membawamu kembali pulang! "

Tugas dari orang-orang " Attack Dog " adalah sebagai " penyerang " para pesaing ataupun pengganggu bisnis mereka. Dengan kata lain kerjaannya adalah harus selalu siap bertarung untuk menyerang siapapun yang dianggap berbahaya. Pertarungan antar klan disini persis kek tawuran di negara kita. Biasanya secara umum mereka saling bertarung mengalahkan lawan dengan bersenjatakan tongkat besi dan senjata tajam berupa pedang atau golok. Umumnya jarang sampai merenggut korban nyawa, karena intinya untuk menghindari proses hukum dari pihak berwajib. Hanya mengalahkan lawan sampai tumbang dan lawan berlari pergi udah cukup bagi mereka. Untuk " perang " yang melibatkan senjata api biasanya hal lumrah untuk golongan klan yang memegang bisnis narkoba. Untuk perebutan kekuasaan dan perang wilayah umumnya mereka lebih menyukai menggunakan cara pertarungan jalanan. Aku ngerasa yakin mampu dan berani. Aku hanya perlu berlatih lagi, membiasakan diri berlatih menggunakan tongkat besi sebagai senjata. Hal yang dulu sering aku lakukan pas kebetulan ikut Mamat berlatih pencak silat. Paman Mamat adalah guru pencak silat sebuah perguruan ternama, beliau jagoan banget untuk spesialisasi penggunaan senjata tajam berupa golok, clurit serta tongkat panjang. Aku hanya perlu rajin berlatih kembali menggunakan ilmu yang pernah aku pelajari dari paman Mamat dulu.


XXXXX



Beberapa minggu berlalu dari rutinitasku bekerja sebagai kang cuci piring. Akhirnya ada sebuah momentum yang aku rasa penting. Sore itu ada segerombolan orang berjalan dengan ribut, bergaya petentang-petenteng di jalanan. Berjarak 10 meter di seberang depan kedai tempatku bekerja. 6 orang berjalan dengan membawa tongkat besi seukuran tongkat baseball. Mereka berjalan dengan berteriak lantang, menghardik dan mengancam siapapun yang menghalangi jalan mereka.

" Wah ini namanya jagoan beneran ! . " Batinku ngeliat ke arah gerombolan orang-orang berjalan melewati jalanan di seberang tempat kedai kerjaku.

" Mereka para Attack Dog yang aku ceritakan. " Tiba-tiba suara bosku terdengar dari arah belakang badanku. Sebut aja namanya A Fung. Pria gendut, botak dengan bibir dower yang hobinya tiap sore minum arak.

"Wah menurutku itu keren sih! "

"Apanya yang keren? Kalo kerjaannya selalu menggertak, membentak dan mengancam tiap orang.
" A Fung menjawab dengan pandangan sinis. Menyiratkan ketidaksetujuannya ama pendapatku barusan. Aku hanya menjawab dengan menunjukkan jempol jariku ke arah A Fung yang terlihat memandangku dengan pandangan sinis.

"2 orang temanku ada diantara gerombolan mereka tadi . " Cetusnya lirih, menggelengkan kepala. Aku bisa mendengar dengan jelas ucapannya.

"Oh ya? " Aku langsung ngerasa kalo inilah kesempatanku untuk masuk jadi bagian dari mereka. Secara A Fung bisa menjadi perantaraku untuk menyampaikan maksud dan tujuanku bergabung bersama mereka. Yang jelas A Fung taunya aku emang terobsesi dan pingin jadi bagian mereka.

"Emang kamu minat dan mau bergabung ama mereka, Ka ? " Tanya A Fung melongo menatapku heran. Bibirnya yang dower makin persis kek ikan mujaer saat melompong keheranan ama jawabanku.emoticon-Ngakak (S)

"Mau..mau.." jawabku antusias. A Fung langsung memegang dahiku memeriksanya, dianggapnya apakah aku masih normal karena berpikiran mau kerja kek gitu.

"Serius? Kamu ga takut berkelahi? " Tanyanya masih dengan ekspresi melongo ala ikan mujaer mangapnya.

Sekarang aku tertawa lebar banget ngeliat ekspresi lucu A Fung.

"Dapet duitkan? "

A Fung menjawab dengan anggukan cepat berulang-ulang kek boneka hiasan anjing di dashboard mobil. emoticon-Ngakak (S)


XXXXX



Dering ringtone menyadarkan tidurku di malam ini, setelah pulang kerja dari jadwal kerjaku shift pagi tadi. Aku langsung tertidur di sore hari kepulanganku dari kedai. Ada panggilan nomor asing yang meneleponku sedari tadi, panggilannya trus berhenti. Dari awalan nomornya rasanya dari Indonesia.
"Siapa yang nelpon aku?"emoticon-Bingung (S)




"Piye kabarmu, Jum? " emoticon-Hai


Quote:
Diubah oleh akukiyut 17-05-2024 10:52
rinandya
mazyudyud
aripinastiko612
aripinastiko612 dan 14 lainnya memberi reputasi
15
Tutup