Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

tantarareviewAvatar border
TS
tantarareview
The Flash, Film Yang Cukup Berantakan, Adaptasi Yang Buruk
 Film ini adalah adaptasi dari cerita "Flashpoint Paradox", salah satu cerita paling terbaik. Namun, ini adalah film adaptasi yang sangat kurang matang, lemah, dan buruk.


emoticon-Salam Kenalemoticon-Haiemoticon-Salam Kenal

Selamat Datang Ke Thread Ini!

Halo agan dan sista!

Gimana kabar-kabarnya?

Pada baik-baik saja kan


Seperti biasa dalam thread kali ini aku akan review film lagi. Namun film yang kali ini aku review cukup berbeda karena aktor utamanya cukup kontroversial, hanya saja di thread ini aku akan membahas ke konten-konten filmnya. Dan sejujurnya film ini rada berantakan.



Quote:

  
Bukan Barry Allen Yang Ku Sukai, Maupun Ku Kenal



Ini adalah salah satu hal yang bener-bener menjengkelkan, ku ingin membahas karakter The Flash-nya lebih dahulu secara spesifik karena ku bener-bener suka karakternya di komik dan film-film animasi. Masalah ini bisa dibilang memang sudah ada dari awal DCEU dimana mereka gagal memahami apa yang membuat karakter-karakternya spesial dan menarik, merusak inti dari karakternya dan kepribadiannya yang membuat mereka unik.

Beberapa hal yang bisa dibilang "oke" dari Barry Allen disini adalah bagaimana mereka mengeksekusi kekuatan-kekuatan yang mereka punya, mereka menjelaskan kekuatannya dengan baik tanpa penjelasan berlebihan. Dan... Itu saja si.

Barry Allen seiring Dceu berjalan selalu digambarkan sebagai orang yang suka bercanda dan rada badut, bisa dibillang dia juga seperti kurang percaya diri dan minder. 

Barry Allen tau betul apa yang dia inginkan tidak peduli resikonya, dia tau kemampuannya. Walaupun ada kemungkinan kegagalan, dia tidak akan menyerah dan rela mengorbankan dirinya. Bisa diblang Barry dalam film ini juga mirip-mirip, cuma masalahnya keraguan dari body language-nya bener-bener keliatan.

Dalam DC juga ada dinamik menarik antara para The Flash dan para Green Lantern. The Flash Barry Allen adalah seseorang yang memang bisa diajak bercanda, ramah, dan gaul. Namun dia lebih serius daripada sahabat Green Lanternnya yaitu Hal Jordan. Ada juga dinamik antara The Flash Wally West dan Green Lantern John Stewart, dimana karakter Barry Allen di dalem film ini bener-bener mirip Wally daripada Barry Allen sendiri. 

Wally adalah orang yang lebih suka banyak bercanda daripada Barry, dia memiliki hubungan dekat dengan Green Lantern John Stewart dimana John adalah yang lebih serius. Sebuah Duo Flash/Green Lantern sudah seperti suatu hal pokok/inti dalam DC.

Selain itu, Barry Allen bener-bener terlalu mirip sama Spider Man Tom Holland, sejujurnya ku emang rada kurang suka sama Spider Man Tom Holland, dia hanya "kurang" saja. 

Salah satu aspek yang mereka dapatkan benar dari Barry dalam film ini adalah kecerdasannya, namun sikapnya bener-bener bisa dibilang... terlalu letoy atau lembek, dan seperti yang kubilang mirip Tom Holland Spider-Man. Masalah ini bisa dibilang sudah ada semenjak pertama kali Flash muncul dalam DCEU.

The Flash padahal adalah salah satu pendiri utama Justice League, dia bukanlah hanya seorang "Sidekick" lugu-culun, dia adalah salah satu inti dari Justice League yang sangat penting.

Adaptasi Yang Buruk



Ini adalah salah satu adaptasi terburuk yang pernah kulihat.

Flashpoint Paradox pada dasarnya memiliki cerita inti yang sama dengan film ini. Barry kembali ke masa lalu untuk menyelamatkan dunianya dan malah menyebabkan dunia hancur. Namun, banyak hal yang tentu diubah seperti penjahat utama dan kejadian-kejadian di Flashpoint Paradox.

Di Flashpoint Paradox terjadi sebuah perang antara orang Atlantis dan Amazonian, Justice League tidak ada dan hanya ada sebuah kelompok kecil dengan Cyborg yang dikenal sebagai superhero terbaiknya.

Yang menjadi Batman bukanlah Bruce Wayne, melainkan ayahnya Thomas Wayne di dalam dunia ini. Superman juga dijadikan bahan eksperimen.

Untuk Batmannya sudah jelas bagus aktingnya dan karakternya oke saja, ada beberapa dialog yang rada "dangkal" tetapi itu cukup menambah pesonanya. Supergirl menurutku sudah baik tetapi dia bener-bener kurang digunakan lebih banyak dalam film ini. Katanya memang ada adegan-adegan dicut, padahal potensinya besar. Namun ku sejujurnya memang lebih suka Supergirl yang blonde, lebih ikonik.

Dan kalo memang ini bener-bener akan menjadi satu-satunya adaptasi Flashpoint Paradox ku bener-bener kecewa berat.

DI film ini, cukup terlihat kalo filmnya lebih bener-bener terpaku kepada ibunya Barry dan hubungan mereka supaya kita lebih merasakan "Emotional weight" nya. Tetapi sejujurnya berat emosional yang ada dalam cerita originalnya jauh lebih baik, tegangnya dapet, sedihnya dapet, bener-bener seperti emosional roller coaster dan membuat endingnya bener-bener powerful, tragis, dan sedih. Mereka tidak membiarkan kita benar-benar terkoneksi pada karakter The Flash sepenuhnya, ada beberapa plot point menarik dan penting tapi tidak dimatangkan.




Penjahat utamanya di cerita originalnya, Reverse Flash juga bener-bener karakter hebat dan ikonik. Dia bener-bener jahat dan penjahat The Flash paling terbaik, mendedikasikan seluruh hidupnya untuk merusak hidup Flash dan akan melakukan apapun untuk membuat Flash sengsara. Namun disaat bersamaan ku bener-bener lega dia tidak dipakai di film ini karena potensinya akan bener-bener terbuang.

Karakter-karakter sidenya juga bener-bener super, mereka bener-bener ngebuat kita peduli sama situasi dunianya dan para superheronya.

Cerita originalnya jauh lebih superior dan emosional, disini dikenalkan konsep "bola time-travel" dalam yang ada di dalam Speed Force namun menurutku itu bener-bener mengurangi taruhan/ketegangan akan hal yang mungkin bisa terjadi. 

Saat ending film Flashpoint Paradox, akan terjadi ledakan yang menghancurkan seluruh dunia, para superhero sudah mati, Superman yang kita kenal tidak ada dan kaki Flash terluka parah. Namun sebagai upaya terakhir, The Flash menggunakan seluruh kemampuannya, menggunakan pure adrenaline dan willpower-nya untuk kembali ke masa lalu dan berusaha mencegah dirinya di masa lalu yang ingin pergi ke masa lalu dan memperbaiki dunia. Intinya dia harus lari lebih cepat dari dirinya yang di masa lalu.

Dan endingnya bener terasa lega dan bebas banget, setelah segala hal yang terjadi pahlawan kita dapat menyelamatkan dunia dan mengembalikan segala hal ke tempatnya lagi.

Sedangkan di film ini endingnya rada di-"rush" dan terlalu "santai", ketegangannya itu bener-bener kurang, berat emosional yang saya rasakan hampir tidak ada, Supergirl dan Batman mati terlalu mudah dan cepat ketika kita baru mulai benar-benar tertarik dengan mereka. Intinya banyak sekali potensi tetapi dibuang begitu saja.

Kesimpulan

6.6/10





Seharusnya film tentang The Flash memiliki influensi lebih banyak, toh salah satu masalahnya terletak di aktor utamanya dan DCEU-nya sendiri.

CGI film ini cukup buruk, mereka bilang ini "artistic-choice". bisa saja itu cuma alasan,. Tapi walaupun memang "artistic-choice", buruk tetaplah buruk, mereka bisa saja mengeksekusi keinginan mereka lebih baik. Selain itu "camera-work" dalam film ini kadang-kadang bener-bener terasa dangkal, zoom-zoom yang aneh.

Bisa dibilang salah satu hal yang rada "miss" oleh kebanyakan orang adalah superhero DCEU pada dasarnya harus menginspirasi, sebuah cahaya harapan, dan cukup jauh berbeda dari manusia biasa. Bukanlah alat supaya audiens bisa relate karena "realistis". Lagipula masih ada beberapa bagian dimana audiens bisa relate kepada karakter tersebut. Pada dasarnya semua orang memiliki pengalaman berbeda-beda.

Dampak emosional yang diberikan film ini sangat kurang, Batman dan Supergirl kurang dimanfaatkan dalam film ini, mereka mengambil interpretasi baru akan kemampuan time travel milik The Flash, namun itu bener-bener mengurangi ketegangan dan berat-emosional yang dirasakan.

Aktornya oke saja, namun Ezra memang bukan orang yang cocok memerankan The Flash dari awal, ini bisa dibilang salah scriptnya juga karena merusak karakter kepribadian Barry Allen. Namun scriptnya bisa dibilang rada di influensi Ezra Millernya sendiri karena sifatnya dalam dunia nyata. Dia kadang terlalu mirip karakter lain seperti Tom Holland Spider-Man dengan gaya bicaranya, kadang terlalu letoy dan lembek, masalah dari pertama kali The Flash muncul di DCEU.

Setidaknya mereka menjelaskan beberapa kemampuannya dengan lumayan baik dan mudah dimengerti.

DI film ini ada candaan tentunya, ada yang bagus dan lumayan juga yang garing dan bener-bener dipaksakan. Endingnya dirusuh dan berantakan. Filmnya tidak membiarkan kita benar-benar terkoneksi dengan karakter-karakternya termasuk The Flash sendiri.

Apakah worth-it untuk ditonton? Kurang menurutku, lebih baik dihemat saja.

Film penuh potensi yang hancur, salah satu akar masalahnya dari DCEU-nya sendiri, ekspektasiku untuk film ini sudah rendah, tetapi masih patah hati adaptasi keren diubah menjadi sesuatu seperti ini.


Bagi gansis yang sudah nonton filmnya, gimana pendapat agan dan sista tentang filmnya?

  emoticon-Ngacir Tubrukanemoticon-Ngacir Tubrukanemoticon-Ngacir Tubrukan

@tantarareview 
Sumber Foto: Google Images

emoticon-Cendol Ganemoticon-Salam Kenalemoticon-Rate 5 Star
Diubah oleh tantarareview 25-06-2023 00:58
lantai_03
69banditos
69banditos dan lantai_03 memberi reputasi
2
2K
138
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
lantai_03Avatar border
lantai_03
#8
Dceu dari awal emang udah gak ada harapan. Superman sama batman digambarkan seperti musuh bebuyutan abadi, sok soan dibikin lebih "realistis" supaya lebih "bagus", sifat karakternya kebanyakan diubah dan tentu saja the flash

Dari awal emang gak bisa diharepin emoticon-Cape d...itu ezra juga masih jadi bintang utamanya, waw. Apakah privilege orang lgbt emoticon-Najis (S)
0
Tutup