Janji adalah sebuah perbuatan yang tentunya harus ditepati. Bahkan di dalam islam, janji diibaratkan dengan hutang. Di mana hutang itu harus dan wajib untuk dibayar.
Mungkin di antara kita, selaku makhluk sosial, tentu saja tidak pernah luput dari kata janji dengan orang lain.
Entah menjadi orang yang telah memberikan janji, atau menjadi orang yang diberi janji. Ketika kita menjadi orang yang dijanjikan, lantas orang yang berjanji itu tiba-tiba saja mengingkari.
Tentu saja, kecewa pasti mendera. Apalagi jika pelaku seolah tidak terjadi apa-apa, tidak merasa bersalah, dan merasa sah-sah saja apa yang telah diperbuatnya.
Manusiawi jika kecewa, untuk itulah ada beberapa cara agar kecewa yang dirasa mereda:
1. Didatangkan Sebagai Penguji
Upaya pertama yaitu ingatkan diri bahwa memang seseorang itu dihadirkan sebagai penguji kesabaran. Maka, boleh jadi orang tersebutlah yang memang menjadi penguji hidup anda.
Quote:
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan Kami jadikan sebahagian engkau cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah engkau bersabar?; dan adalah Tuhanmu Maha Melihat.” (QS. Al-Furqan: 20)
2. Yakinkan Semua Ada Balasannya
Berikutnya adalah berusaha meyakinkan diri bahwa setiap perbuatan itu akan ada balasannya, entah dibalas secepatnya di dunia atau dibalas di akhirat kelak.
Quote:
Wasiat berharga yang disampaikan oleh Lukman Al Hakim. Ia menyampaikan pada anaknya bahwa setiap kejelekan dan kebaikan walau amat kecil, ditambah lagi amat tersembunyi, maka pasti akan dihadirkan atau dibalas oleh Allah pada hari kiamat.
Wasiat ini mengajarkan kepada kita bagaimana setiap amalan kita yang tampak dan tersembunyi akan dibalas. Begitu pula nasehat beliau menunjukkan akan luasnya ilmu Allah. Sehingga kita harus yakin bahwa Allah akan selalu mengawasi kita di mana saja kita berada.
Walau Sangat Kecil dan Amat Tersembunyi, Pasti akan Terlihat dan akan Dibalas oleh Allah
Allah Ta’ala berfirman,
يَا بُنَي إِنهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللهُ إِن اللهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS. Luqman: 16).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Ini adalah wasiat yang amat berharga yang Allah ceritakan tentang Lukman Al Hakim supaya setiap orang bisa mencontohnya … Kezholiman dan dosa apa pun walau seberat biji sawi, pasti Allah akan mendatangkan balasannya pada hari kiamat ketika setiap amalan ditimbang. Jika amalan tersebut baik, maka balasan yang diperoleh pun baik. Jika jelek, maka balasan yang diperoleh pun jelek” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 55).
Asy Syaukani rahimahullah menerangkan, “Meskipun kejelekan dan kebaikan sebesar biji (artinya: amat kecil), kemudian ditambah lagi dengan keterangan berikutnya yang menunjukkan sangat samarnya biji tersebut, baik biji tersebut berada di dalam batu yang jelas sangat tersembunyi dan sulit dijangkau, atau di salah satu bagian langit atau bumi, maka pasti Allah akan menghadirkannya (artinya: membalasnya)” (Fathul Qodir, 5: 489).
Ayat di atas serupa dengan ayat,
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan” (QS. Al Anbiya’: 47).
Juga serupa dengan ayat,
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرةٍ شَرا يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula” (QS. Az Zalzalah: 7-8).
3. Ikhlaskan Saja
Selanjutnya yaitu berusaha mengikhlaskannya. Kata ikhlas memang cukup mudah diucapkan, tetapi tidaklah mudah untuk diamalkan. Ikhlas yaitu hanya mengharapkan wajah Allah.
Boleh jadi keikhlasan kita, akan sebuah kezaliman yang diperbuat oleh orang lain inilah yang mengantarkan kita ke syurga.
4. Sabar dan Ingat Ganjarannya
Upaya berikutnya yakni sabar, lagi-lagi sabar bukan perkara gampang. Meski berat, tetapi jika ingat bagaimana ganjarannya, maka akan ringan melaluinya.
Quote:
Firman-Nya.
وَالصابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضراءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولئِكَ الذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولئِكَ هُمُ الْمُتقُونَ
“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa“. [Al-Baqarah/2 : 177]
Engkau juga akan tahu bahwa orang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya.
وَاللهُ يُحِب الصابِرِينَ
“Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar“. [Ali Imran/3 : 146]
Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya dan melipat gandakannya tanpa terhitung. Firman-Nya.
وَلَنَجْزِيَن الذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan“. [An-Nahl/16 : 96]
نمَا يُوَفى الصابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas“. [Az-Zumar/ : 10]
5. Ridho Meski Berat
Ridho atau rela akan ketetapan takdirnya adalah upaya selanjutnya. Kejadian yang menimpa seseorang tidaklah lepas dari catatan takdir-Nya. Ridho akan ketetapan sang pemilik sekenario lebih utama.
Mengapa kita harus paksakan diri untuk dapat ridho? Karena mau tidak mau, rela tidak rela, jika itu telah menjadi catatan takdir kita, maka kita tetap harus melaluinya. Tidak menunggu apakah kita mau ataukah tidak.
Quote:
Rasul SAW berkata:
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرهِ
Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir, dan kamu beriman kepada qadar yang baik maupun yang buruk. (HR. Muslim no. 8)
Tetap ridha akan takdir Allah subhanahu wa ta'ala, meski tidak mengenakkan dan tidak sesuai, berharap Allah pun ridha kepada kita atas keridhaan kita.
Itulah beberapa upaya agar kecewa tidak terus bersemayam dalam hati. Selalu ingat bahwa setiap perbuatan akan menuai balasannya.
Semoga kita tidak menjadi golongan orang-orang zalim dan yang ingkar janji. Untuk yang terbiasa mengingkari janji, dan menganggap sebuah janji itu hal biasa, semoga tulisan ini menjadi pengingat bahwa setiap perkataan dan perbuatan, kelak dimintai pertanggung jawabannya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh
Penulis: novellahikmihas
Narasi: oppri