Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

afryan015Avatar border
TS
afryan015
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)


emoticon-Ultah Hallooooo agan agan sekalian, masih ingat kan dengan ku Ryan si penakut hehe.......
ini adalah cerita ku selanjutnya masih dalam lanjutan cerita yang kemarin hanya saja tempatnya kini sedikit berbeda dari sebelumnya.

Mungkin bisa agan agan yang belun baca thread ane silahkan dibaca dulu thread ane sebelumnya



Bagi yang belum kenal dengan ku, kenalin Namaku Ryan dan untuk mengenal ku lebih detail silahkan baca trit ku yang sebelumnya, dan bagi yang sudah mengenalku silahkan saja langsung baca dan selamat menikmati emoticon-Shakehand2

Oh iya jangan lupa emoticon-Toast emoticon-Rate 5 Star

Quote:



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diubah oleh afryan015 06-12-2022 04:14
aguzblackrx
cak6bih
bebyzha
bebyzha dan 204 lainnya memberi reputasi
193
225.9K
2.5K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
afryan015Avatar border
TS
afryan015
#526
Hari Pernikahan

Setelah semua visual ditampilkan aku paham kenapa sosok Bajra begitu ingin menghabisi bapak, ternyata ada dendam dimasa lalu yang kini masih harus diselesaikan, setelah melihat yang terjadi, aku melihat kearah bapak, bapak terlihat menunduk, seolah ada kegelisahan yang dia tutupi dan sebenarnya ingin diutarakan padaku namun enggan untuk mengungkapkannya.

Aku paham yang menjadi kekhawatiran bapak adalah, umurnya kini tidak lagi muda, dulu saat masih muda saja dia sedikit kerepotan sebenarnya melawan Bajra bersama pasukannya, apalagi kini yang umurunya sudah mulai kebarat kalau orang jawa bilang alias sudah lanjut, ya walau elum sepuh sepuh amat lah ya, namun aku paham kondisi bapak sudah tidak prima seperti dulu lagi.

“yan, maafin bapak ya, karena masa lalu bapak malah kini datang lagi, dan itu mengganggu keluarga kita ini, harusnya benar apa Damar dulu, bapak habisi saja sosok itu” sambil menghela nafas bapak terlihat begitu menyesal

“sudah lah pak tidak apa apa, jika saat itu datang, kita akan lawan dia bersama, kan masih ada mbah Margono yang memiliki peliaraan beraneka macam, belum pasukan putih yang bapak panggil itu, dan masih ada Shinta dan Aruna kan, jadi tidak usah khawatir” aku mencoba menenangkan

“semoga dia tidak bertambah kuat, insyallah kita bisa ya Yan, bapak benar benar minta tolong padamu, bantu bapak” dengan lega bapak mengatakan itu padaku, karena aku bersedia membantunya, bagaimana bisa aku diam saja kalau ayahku dalam ancaman

“ya sudah kamu istirahat sana besok hari besarmu, ucapkan ijab kabul secara benar, dan ingat saat kamu ucapkan kalimat itu, hidupmu sudah tidak seperti anak kecil lagi, kamu seorang suami nantinya, harap buat keputusan keputusan yang itu tertuju untuk keluarga kecilmu, dan kurangi egomu” bapak memberi sedikit nasehat untuk ku sebelum menjalani hidup baru diesok harinya

Dan setelah itu bapak berniat untuk beranjak keluar dari kamarku, namun saat akan keluar dari kamar, tiba tiba ada sebuah cahaya putih masuk kekamarku, dan perlahan membentuk sebuah wujud seorang laki laki mengenakan pakaian selayaknya seorang kyai, lelaki itu memakai pakaian putih mengenakan sorban, dan memiliki kumis dan jenggot yang sudah putih juga.

“assalamu’alaikum Den, maaf mengganggu malam anda, saya kemari hanya ingin menyampaikan beberapa kata saja kepada Raden” ucap seorang lelaki itu yang kelihatan sopan berbicara kepada bapak

Aroma wangi begitu terasa saat lelaki itu berada didalam kamarku, entah siapa dia, apakah dia salah satu dari pimpinan pasukan putih yang biasa membantu bapak atau malah dia lah pimpinan tertinggi dari pasukan putih itu.

“wa’alaikum salam, ada apa Wahid, tidak biasanya kamu datang menghampiri ku” ucap ramah bapak membalas seseorang yang disebutnya bernama Wahid.

“saya hanya ingin menyampaikan, anda tidak perlu khawatir dengan apa yang akan terjadi kedepannya, pasukan putih selalu siap membantu anda menghadapi siapapun yang akan mencelakakan mu, dan sampai saat itu terjadi, akan aku perintahkan beberapa jendral untuk menjaga rumah anda, anda tidak usah risau, dan tolong terima tawaran saya untuk mengutus jendra membentengi rumah ini” Wahid menjelaskan maksud tujuannya kemari.

“apakah itu tidak merepotkan kalian”

“sama sekali tidak, kami akan sangat bangga bisa mengawal keluarga anda, tolong diterima” Wahid sambil menunduk meminta untuk di terima tawarannya itu

“selama itu tidak merepotkan kalian silahkan saja, tapi jika memberatkan aku mohon tidak usah diteruskan” bapak takut akan merepotkan pasukan Putih

“sama sekali tidak Den, kalau begitu, saya pamit undur diri, dan segera saya kirimkan beberapa jendra saya untuk menjaga rumah anda, assalamu’alaikum” Wahid kemudian berpamitan dan menundukan kepala kearahku tanda dia juga berpamitan padaku

Bapak menjelaskan bahwa sosok bernama Wahid itu adalah pimpinan besar pasukan putih, dan jika dia sudah turun dan mengatakan langsung pada bapak, berarti ancaman yang akan datang akan semakin luarbiasa, setelah Wahid pergi, bapak pun keluar dari kamarku, dan membiarkan ku untuk beristirahat sendiri.

Begitu bapak keluar aku malah kepikiran dengan aapa yang akan terjadi kedepannya, dan juga aku mengingat kata kata “akan ada yang beristirahat setelah itu”, hal itu membuatku malah tidak bisa mengistirahatkan badanku dengan tenang, pikiranku melayang kesana kemari, apakah akan ada korban lagi dalam kejadian yang akan terjadi itu, apakah akan terjadi padaku, atau bapak, atau ibu, atau malah Via. Ku dibuat khawatir dengan pikiranku sendiri, sial pikirku, kedatangan Wahid malah membuatku tidak nyaman karena menurut keterangan bapak ancaman yang akan terjadi semakin kuat.

Saat sedang memikirkan hal itu, ternyata Shinta masuk kedalam kamarku, dan aku tidak menyadari kalau dia sudah masuk kedalam kamar, seperti kebiasaannya Shinta, apalagi kalau tidak usil, sinta muncul dari bawah kasurku dan menembus keluar.

“lagi mikirin apasih maass” ucap Shinta dengan nada datar ditambah aroma kurang sedap muncul saat dia berbicara

“buju buset Shinta, awas kamu ya kurang ajar kamu, udah mulut bau banget lagi, kalo muncul pake wujud yang bener nggak usah dibuat aneh aneh seperti itu” aku terkejut karena saat menengok kearah Shinta, dia menampakan wujud seorang wanita noni belanda dengan wajah setengah rusak dengan belatung muncul dari matanya, yang membuat aku melompat dari posisiku berbaring, dan begitu aku terkejut dia baru merubah wujudnya kebentuk semula

“hihihi, kaget ya, makanya nggak usah ngelamun, emang mikirin apaan sih” Shinta malah dengan cekikikan menjawabnya

“ah kamu ini, aku masih khawatir dengan sosok Bajra yang akan menyerang kita nantinya, aku takut akan ada korban diantara kita Ta” aku mencoba berbagi keluh kesah ku pada Shinta

“tenang aja yan, kita akan lawan si Bajra dan akan kita habisi dia, nanti akan ku utus pasukanku juga untuk membantu kita, kan masih ada Aruna juga, dan kamu belum tau kan nenek Lasmi, kamu akan kaget jika dia mulai beraksi nantinya, udah tidak usah khawatir lah, sekarang kamu istirahat saja, dan persiapkan hari besarmu besak, Via sudah menunggu besok hari, buat dia sebahagiamungkin” ucap Shinta sedikit serius menganggapi perkataanku, ada benarnya juga tapi aku harus fokus dengan hari esok yang akan menjadi hari besarku, dan tunggu nenek Lasmi, maksudnya dia juga akan bertarung dan tunggu, Shinta punya pasukan?

“hey sejak kapan kamu punya pasukan, kenapa kamu tidak ngomong dan kasih tau aku” jawabku penasaran

“kamu lupa aku ini putri hihi, tentu ada lah, tapi jarang aku melibatkan mereka jika aku masih bisa mengatasi masalah sendiri, sudah aku bilang tidur ya tidur, malah nanya terus, sana bobok hihi” ucap Shinta sedikit kesal karena aku protes padanya.

“iya iya aku tidur, tapi janji setelah pernikahanku kamu ceritakan semua, tentang pasukanmu, tentang nenek Lasmi yang sebenarnya, pokoknya semua” desakku pada Shinta

“iya ah, kamu ini bandel, disuruh tidur kok ada aja yang ditanyain, dah ah aku pergi dulu” Shinta kemudian langsung pergi begitu saja.

Ah sial pikiranku bercampur aduk, satu memikirkan ancaman Bajra, yang satu lagi memikirkan kejutan kejutan dari Shinta, ternyata masih ada banyak hal yang aku belum ketahui tentang mereka yang berada didekatku, pikiranku malam itu terbagi dua kesana kemari sehingga sangat susah untuk tidur.

Karena susah untuk tidur akupun mengirim pesan WA pada Via, hanya sekedar menanyakan sedang apa dia saat ini, kuberharap dia belum tidur dan bisa menemaniku ngobrol hingga rasa kantuk itu datang sendiri

“aku : dek sedang apa, udah tidurkah” isi pesanku saat itu

Tidak berselang lama Via pun membalas pesanku

“Via : belum mas, ini malah masih ada tamu yang datang, temen temen dari jogja dulu, teman kerjaan pada kemari”

“aku : wah jam berapa ini, udah jam segini masih ada tamu, ingat jangan kemaleman tidurnya siapin badan biar fit besok, jangan sampai sakit”

“Via : iya mas, ya udah dulu ya nggak enak sama mereka ini”

“aku : ya sudah tapi jangan kemaleman, jangan sakit ya”

Aku sedikit heran ternyata pertemanan mereka begitu dekat, hingga teman teman semasa di jogja datang malam malam menyempatkan untuk datang karena besok mereka tidak bisa datang karena kerjaan, patut di acungi jempol sih pertemanan mereka, tapi ya kalau dipikir jangan sampai kemaleman juga sih, kasihan orang yang ditamuin, kan sekarang sudah jam 11 hampir 12 waktunya orang untuk istirahat.

Tak terasa semakin malam semakin berat mataku ini terbuka, dan perlahan aku mulai tertidur.

Singkat cerita, hari pernikahanku pun datang, pukul empat pagi aku sudah siap siap, dan mulai menyiapkan seserahan yang nantinya akan dibawa saat menikah, aku dekatkan supaya nanti saat membawanya kemobil semua sudah siap, bapak dan saudara yang lain sibuk mempersiapkan segala sesuatunya.

Jam enam aku memasuski kamar ibu, walau dalam keadaan stroke, ibu tetap ingin datang ke gedung pernikahanku, saat di dalam kamar ibu sedang duduk sambil menatap foto masa kecilku, raut muka sumringahnya terpancar saat itu, aku mendekat padanya dan kucium punggung tangannya, rasa haru sama sekali tidak bisa ku bendung.

“bu, Ryan minta restu ya, doakan Pernikahan ini berjalan dengan lancar, ibu tidak usah ikut kerumah Via tidak apa apa, nanti kita ketemu di gedung” aku bersimpuh di pangkuannya

“iya yan, ibu pasti merestui, maafin ibu nggak bisa ikut menyaksikan Akad nikahmu ya, tapi doa ibu selalu ada untukmu, semoga nanti lancar ya” sambil mengelus kepalaku ibu berkata

Dan tak kusangka air mata ini tiba tiba turun menetes, begitu juga dengan air mata dari ibu yang juga ikut turun menetes dan mengenai rambutku, dalam lirihnya ibu berkata “kamu sudah besar ternyata, rasanya ibu baru saja merawatmu kemarin, tapi kini kamu sudah akan menikah”. Mendengar kata itu dadaku serasa bergetar, ibu selalu dengan ikhlas merawatku, dan aku sama sekali belum bisa membalas jasa jasanya, aku kemudian bangkit dan segeramungkin memeluknya erat, suasana haru itu begitu terasa saat itu dikamar ibu.

Saat aku sedang meminta restu dan memeluk ibu, bapak juga masuk kedalam kamar, dan mengatakan untuk aku segera masuk kedalam mobil, karena semua persiapan sudah siap, dan kita harus segera berangkat, akad nikah akan segera dilaksanakan pukul tujuh pagi ini.

Aku pun sesegeramungkin menghapus airmata dan segera memakai jas yang sudah siap dan itu adalah jas pemberian ibu, setelah jas ku kenakan, aku berpamitan kepada ibu untuk segera pergi kerumah Via untuk melaksanakan akad nikah, setelah berpamitan akupun keluar dari rumah, dan disana sudah siap sebuah mobil Honda Jaz yang sudah dihiasi pita dan bunga layaknya mobil pernikahan pada umumnya, akupun beranjak mendekati mobil itu, saat aku berjalan mendekat, hal konyol yang dilakukan Shinta mulai dilakukan.

Shinta datang dan berjalan disampingku memakai gaun warna merah, layaknya sepasang pengantin jadinya saat aku akan memasuki mobil pernikahanku, seorang tetanggaku membukakan pintu untuku dan menyapaku, namun karena aku sedikit kesal dengan tingkah konyol Shinta jadinya ekspresi mukaku seperti orang yang sedang marah.

“yan, mau nikah kok cemberut sih, senyum dong” seorang tetanggaku itu mengomentari ekspresiku

“eh iya pak hehe” aku kemudian langsung masuk dan duduk di bagian kursi belakang

Shinta dengan centilnya malah ikut masuk dengan gaya seperti layaknya seorang putri kerajaan yang memasuki sebuah kereta kencana, tangannya sedikit menaikan rok gaunya dengan tangan dibuat anggun, dan kemudian duduk disampingku.

Dengan ekspresi kesal aku kemudian memalingkan wajahku dari Shinta, bukan karena apa, yang ada nanti malah yang ada dipikiranku hanya Shinta dan buka Via, kan bisa berabe.

Singkat cerita aku sampailah didesa Via, beberapa saudara saudara Via mulai menyambut kedatangan rombongan kami yang sudah berada didepan gang rumah Via, ya kita harus berjalan sedikit untuk menuju ke rumah Via, beberapa orang saudara mulai menyalamiku, dan ternyata kebetulan bebarengan dengan penghulu yang datang, mungkin hampir telat aku sampai karena tadi aku mampir di gedung resepsi untuk memastikan semua sudah siap.

Dan saat mau memasuki rumah Via tiba tiba dari arah atas saat kami berjalan, hal tak terduka terjadi, dan hal itu juga tidak di prediksi oleh Shinta, ada sebuah …..
nomorelies
sampeuk
bebyzha
bebyzha dan 46 lainnya memberi reputasi
47
Tutup