si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Apa Jadi Dibeli ? Wacana Pembelian B-21 Raider Oleh Australia Akan Mahal dan Rumit
Quote:


Setelah mengumumkan ingin membuat kapal selam nuklir dengan membentuk pakta pertahanan AUKUS bersama Inggris dan Amerika, kini Pemerintah Australia dikabarkan ingin membeli pesawat pembom siluman B-21 Raider. Meski baru berupa wacana, tetapi isu pembelian B-21 oleh Australia sudah mulai santer terdengar sebelum B-21 resmi diperkenalkan kepada publik Gan (tepatnya 2019).

Mengutip artikel TheDrive.com, Tinjauan Strategis Pertahanan pemerintah Australia yang diterbitkan 24 April lalu memasukkan referensi pembelian B-21 sebagai bagian dari analisis luas tentang prioritas pertahanan negara di masa depan. Secara total, hampir US$13 miliar dialokasikan untuk anggaran pertahanan negara berdasarkan rekomendasi yang termasuk dalam tinjauan. Namun, saat ini pemerintah Australia masih belum berbicara dengan AS untuk mencoba membeli B-21.

B-21 dengan jangkauannya yang jauh dan kemampuan silumannya yang mungkin tak tertandingi (setidaknya dalam desain pembom berawak), akan memainkan peran utama dalam mengatur kembali keseimbangan militer di kawasan Asia Pasifik. Di mana China semakin memperkuat pengaruhnya.

Raider juga menawarkan kekuatan udara yang berbeda dari Angkatan Udara Australia (RAAF) saat ini, dalam hal seberapa jauh ia dapat terbang, jumlah senjata (dan berpotensi sensor) yang dapat dibawanya, dan kemampuan bertahannya secara keseluruhan.

Mengingat hal itu, sangat menarik untuk melihat armada B-21 yang dioperasikan Australia sebagai pencegah yang kuat terhadap ekspansi militer Beijing, terutama mengingat sejauh mana hal itu memungkinkan RAAF untuk memproyeksikan daya tembak yang cukup jauh dari wilayah Australia selama waktu perang. Tapi sepertinya gagasan membeli B-21 oleh Australia memiliki sedikit kemungkinan untuk diwujudkan.

Quote:


Ada beberapa faktor yang masih mengganjal Australia dalam upaya membeli B-21 Raider Gan, dan berikut ini adalah beberapa ganjalan tersebut:

1. Harganya Masih Terlalu Mahal Untuk Dibeli

Meskipun benar bahwa pesanan ekspor untuk B-21 akan menurunkan biaya program yang sangat mahal, tetapi dalam hal pengurangan biaya dan skala pemeliharaan tidak akan mendekati apa pun (masih muaahall). Hal itu juga diimbangi dengan risiko kehilangan atau membahayakan salah satu pembom, atau banyak rahasia yang dikandungnya.

Satu unit B-21 Raider akan berharga sekitar US$700 juta. Ingat, ini hanyalah biaya untuk mendapatkan salah satu pesawat, belum lagi investasi yang dibutuhkan dalam infrastruktur, senjata, pelatihan, pemeliharaan, suku cadang, dan yang lainnya.


2. Biaya Perawatan Lebih Mahal dari B-2 Spirit

Seandainya Canberra menemukan ruang dalam anggaran pertahanannya (yang memang meningkat) untuk B-21, armada yang dihasilkan akan sangat kecil Gan; sehingga tidak mungkin mendapatkan pengembalian investasi yang layak untuk menerjunkan kekuatan yang efektiv. Sebagai perbandingan pembom siluman B-2 Spirit Angkatan Udara AS menelan biaya sekitar US$130.000 per jam penerbangan, pada tahun 2020. Kemungkinan B-21 bisa dua kali lipat lebih tinggi untuk biaya penerbangannya. Meski B-21 dirancang untuk terbang lebih andal dengan biaya lebih sedikit, tetapi itu tetap bukan pesawat murah untuk dioperasikan.


3. Perlu Meningkatkan Anggaran Pertahanan

Jika Australia benar-benar serius ingin meminang B-21, maka mereka harus meningkatkan anggaran pertahanannya secara besar-besaran Gan. Untuk tahun anggaran 2022-2023, Canberra mengalokasikan sekitar US$33,7 miliar untuk pertahanan, dibandingkan dengan sekitar US$31,5 miliar pada periode 2021-2022. Sementara angka-angka itu masih jauh dibandingkan anggaran tahunan Angkatan Udara AS yang meminta anggaran sebesar US$169,5 miliar untuk Tahun Anggaran 2023.

Tidak hanya biaya B-21 yang di luar jangkauan Australia, tetapi spektrum kemampuan kelas atas dan luas yang ditawarkannya melampaui apa yang dibutuhkan RAAF. B-21 telah dikembangkan sebagai platform multi-peran yang mampu terbang tinggi dan bisa dibilang bukan pembom dalam pengertian tradisional.

Di sisi lain, Paman Sam berencana membuat B-21 berawak opsional, artinya pesawat juga bisa terbang tanpa kendali langsung oleh pilot. Gagasan ini telah lama menjadi bagian dari perencanaan pembom B-21, dan jika gagasan ini terwujud maka akan menambah tingkat kerumitan lain untuk RAAF.


4. Memperburuk Hubungan dengan China

Saat Australia membentuk pakta AUKUS dan rencana membeli kapal selam nuklir, China sangat marah Gan. Dan hubungan kedua negara menjadi memburuk. Apalagi jika Australia nekad membeli B-21 Raider, China akan membalas dengan mengerahkan pembom mereka terbang mendekati Australia. Ini bisa membuat suasana kawasan Asia Pasifik jadi runyam. Maka dari itu, faktor geopolitik perlu diperhatikan dalam wacana pembelian B-21 Raider.




Senjata Jarak Jauh Lebih Masuk Akal Untuk Australia


Sebenarnya, daripada repot-repot membeli B-21; Australia bisa memaksimalkan pemakaian senjata jarak jauh. Aalagi mereka sudah memiliki platform pembawanya, yakni pesawat siluman F-35A Lightning II. Alih-alih mengejar B-21, Canberra sebenarnya telah memutuskan untuk berinvestasi di Joint Strike Missile (JSM) rancangan Kongsberg/Raytheon serta AGM-158C Long Range Anti-Ship Missile (LRASM) rancangan Lockheed Martin.

Ditambah dengan AGM-158B Joint Air-to-Surface Standoff Missile-Extended Range (JASSM-ER) yang sudah digunakan, trio senjata siluman ini akan menambah potensi tempur RAAF secara signifikan, dengan biaya yang jauh berkurang. Dibandingkan jika harus memaksakan diri membeli B-21.

JSM bisa diluncurkan dari internal weapons bayF-35, sementara LRASM bisa diluncurkan dari cantelan senjata eksternal F/A-18E/F Super Hornet. Pesawat patroli maritim P-8A Poseidon juga kelak bisa membawa rudal LRASM, sehingga membuatnya menjadi pesawat dengan peran multi-role bomber version. Ide bomber version untuk P-8A Australia tentu akan jauh lebih masuk akal.

Quote:


Australia tak perlu membeli B-21, karena RAAF dapat menyediakan pilot pertukaran untuk program B-21, sementara pada saat yang sama membangun pengerahan bergilir pembom siluman baru ke Australia, mengikuti apa yang sudah dilakukan Angkatan Udara AS dengan pesawat pembom B-1B dan B-52H. Ini adalah ide yang telah mendapatkan daya tarik dari Kongres AS, sebagai perpanjangan dari AUKUS.

Ada argumen bahwa AUKUS, dan berbagi teknologi nuklir sensitif yang terlibat di dalamnya, dapat memungkinkan pembelian B-21 oleh Australia menjadi lebih realistis, tetapi hambatan biaya dan kemampuan utama tetap ada. Namun demikian, memiliki B-21 ditempatkan di Australia, bahkan jika tidak secara permanen, akan memberikan banyak keuntungan daripada harus membelinya dari AS. Karena Australia tidak harus mengeluarkan biaya dan punya opsi untuk menghentikan penempatan pesawat kapan saja di masa depan.

Sementara itu rencana pembuatan kapal selam nuklir Australia akan sangat mahal Gan, diperkirakan Australia akan menghabiskna US$245 miliar selama 30 tahun kedepan. Jadi pembelian B-21 menjadi tidak masuk akal bagi Australia, belum lagi Negeri Kanguru juga sedang melakukan belanja senjata besar-besaran mulai dari pembelian hingga 200  Tomahawk Block V  dan 20 rudal Tomahawk  Block IV, untuk mempersenjatai kapal perusak  Kelas Hobart senilai US$895 juta.

Rudal Tomahawk juga akan digunakan untuk mempersenjatai kapal selam bertenaga nuklir yang akan datang, yang sedang dikembangkan untuk Angkatan Laut Australia di bawah program AUKUS. Memberi negara itu platform serangan yang dapat bertahan dan dapat beroperasi jauh ke depan di daerah yang diperebutkan.

Quote:


Sementara untuk RAAF, investasi signifikan telah dilakukan, termasuk drone tempur  MQ-28 Ghost Bat, yang dikembangkan Boeing di Australia  untuk program drone 'loyal wingman' Airpower Teaming System (ATS). Ini hanyalah salah satu bagian dari upaya menuju apa yang disebut 'Angkatan Udara Generasi Kelima', di mana program utama lainnya mencakup investasi dalam peperangan elektronik dan kemampuan intelijen, pengawasan, dan pengintaian (ISR).

Angkatan Darat Australia juga berinvestasi besar dengan rencana pembelian HIMARS dan senjata jarak jauh Precision Strike Missile. Sementara itu dana sebesar US$17 miliar telah dialokasikan untuk pembelian kendaraan tempur infantri beroda rantai baru. Di sini, total kendaraan yang akan diperoleh akan dikurangi dari 450 kendaraan menjadi hanya 129. Dengan melihat rencana pengadaan alutsista yang sudah ada, maka Pemerintah Australia harus memikirkan lagi rencana pengadaan B-21 Raider. Selain anggaran pertahanan, yang tak kalah penting mereka juga harus memikirkan anggaran lain untuk kebutuhan rakyat Australia sendiri.



-------------------




Referensi Tulisan: TheDrive.com
Sumber Foto: sudah tertera di atas
Diubah oleh si.matamalaikat 28-04-2023 03:39
gonugraha76
geopoliticsgeek
yoseful
yoseful dan 13 lainnya memberi reputasi
14
2.9K
33
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan