Memiliki bayi bagi sebagian besar orang adalah kebahagiaan, apalagi setelah dinantikan bertahun-tahun, namun usia ibu melahirkan juga menentukan kondisi mental seorang ibu yang baru saja melahirkan, dimana hari-hari sebelumnya dapat menikmati luasnya dunia bersama teman-teman bebas kemanapun pergi, bisa piknik bareng pasangan dan kegiatan lain yang mengisi hari-hari, namun tiba-tiba harus dikurung dirumah karena memiliki bayi, bagi sebagian ibu muda khususnya yang belum siap secara mental maka dapat terjadi gangguan mental yang sering disebut baby blus.
Maka dari itu salah satu usaha untuk mencegah gangguan mental / psikologis tersebut maka usia perkimpoian dibatasi menurut hukum Negara Indonesia. Walau sudah di batasi umur atau sudah boleh menikah secara hukum namun saat ini tidak sedikit ibu muda yang masih kekanak-kanakan yang merasa tertekan ketika pertama memiliki baby. Bagaimana tidak dari pagi hingga malam mengurus bayi, hampir tanpa istirahat ketika bayi ngompol, bayi nagis bayi minta susu dan lain sebagainya. Hal tersebut yang belum siap mental akan menjadi beban, jadi itu perlunya pendidikan nikah sebelum nikah.
Penyebab Baby Blues
Pendapat penulis baby blues bisa jadi akibat ibu muda masih suka atau belum puas dengan kehidupan lajangnya, masih ingin berkumpul dengan teman-teman nya dengan segala pernak pernik dan dinamika sosialnya, berpendapat boleh dong siapa tahu ada yang mau melakukan penelitian? Hehehe … pendapat bisa jadi hipotesis …. benar salah nya menunggu dari hasil penelitian.
Diambil dari www.aladokter.combahwa penyebab baby blus sendiri belum jelas diketahui namun bisa jadi penyebabnya antara lain : perubahan hormon, kesulitan beradaptasi, kurang tidur.


Gejala Baby Blues
Baby Blues sendiri memiliki gejala seperti dilansir dari www.aladokter.com bahwa baby blues adalah gangguan suasana hati yang dialami oleh ibu setelah melahirkan, kondisi tersebut mengakibatkan ibu mudah sedih, lelah, mudah marah, menagis tanpa alasan, mudah gelisah, dan sulit konsentrasi.

Penanganan Baby Blues
Nah, sekarang kita bahas cara mengatasi baby blues ini agar setiap ibu dapat mengedalikan diri untuk lebih baik dikala terserang gangguan ini, dilansir dari www.kompas.com (5 / 09 / 2019) psikolog anak Roslina Verauli mengatakan cara mengatasi ini adalah dengan memberi saran kepada para ibu yang baru melahirkan hingga 3 bulan pasca melahirkan, untuk para ibu jangan mendoktrin dirinya menjadi “super mom”. Selain itu ibu juga tidak perlu mengurus bayi sendiri, ia tidak masalah jika meminta bantuan dari suami atau keluarga terdekat bisa juga baby siter. Suami isteri bisa bekerjasama dalam mengasuh bayi, dengan cara berbagi tugas, terutama dalam mengatasi baby blues. Sebab ikatan anak baru muncul ketika usia 3-4 bulan. Riset menunjukan bahwa ayah yang peduli sejak hamil dengan mengantarkan ke dokter, memijat diprediksi kelak akan menjadi ayah yang terlibat dalam pengasuhan anak.
Bagi anda yang sudah berkeluarga alangkah baik nya membaca tentang ini sehingga tidak kaget jika terjadi ganguan mental baby blues, sehingga meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan. Jika usaha kita menangani baby blues belum berhasil, alangkah baiknya segera hubungi dokter spesialis atau psikiater agar dapat ditangani dengan baik.
Bagi para ibu-ibu dan calon ibu marilah kita belajar menyiapkan mental untuk sebuah rumah tangga, dimana akan hadir yang namanya anak-anak, mau tidak mau itulah risiko orang berkeluarga. Menyiapkan mental dan belajar dari ahlinya atau dari keluarga yang telah berpengalaman tentu bermanfaat untuk kita agar dapat mengatasi masalah khususnya disini jika ada gangguan psikologis baby blues.

Sumber :
https://regional.kompas.com/read/201...blues?page=all
https://www.alodokter.com/kenali-pen...a-mengatasinya
https://www.popmama.com/pregnancy/bi...sca-melahirkan