Dewasa ini kejujuran menjadi kata yang begitu penting. Bagi sebagian orang, berlaku jujur di dunia yang penuh dengan rekayasa adalah sesuatu yang mustahil. Bahkan banyak yang menganggap berlaku jujur adalah bentuk kepolosan bahkan kenaifan bagi yang mempraktekkannya. Alih-alih mendapat apresiasi, orang yang berlalu jujur malah kadang mendapat cemoohan dan cibiran. Dikatin sok dan ketinggalan zaman. Lalu, masih adakah orang yang benar-benar jujur itu saat ini? Jawabannya adalah tentu saja ada.

Praktik berperilaku jujur ini ditunjukkan oleh seorang pedagang sebuah restoran. Bukan di Indonesia (yang katanya menomor satukan moral), tetapi kejadian ini berlaku di Singapura. Sebuah negeri yang menurut penilaian Indonesia terlalu kaku dan tidak punya relasi sosial yang bagus antar warganya.

Seperti diberitakan oleh Kompas.com yang mengutip sebuah unggahan instagram seorang restoran bernama Xiao Mei Ban Mian, restoran mie tersebut memposting sebuah caption yang juga menyertakan screen capture yang memperlihatkan kelalain seorang pelanggan yang menyebabkan dia salah melakukan pembayaran sewaktu membeli seporsi mie. Pelanggan tersebut melakukan pembayaran secara online via QR code.

Menurut penuturan pihak restoran bahwa kemungkinan pelanggan melakukan kekeliruan dalam pengetikkan nominal yang harus dibayarkan. Sebuah pesanan yang seharusnya dibayar dengan harga 4,5 Dollar Singapura (setara Rp. 51.300) oleh pelanggan dibayar dengan harga 450 Dollar Singapura (setara Rp.5,31 juta). Akibatnya pihak restoran merasa harus segera mengembalikan kelebihan uang yang dibayarkan oleh pelanggan tersebut.

Pihak restoran kemudian menyebarkan informasi tersebut kepada khalayak ramai melalui media sosial agar segera dapat menemukan siapa pelanggan yang telah melakukan kesalahan pembayaran dalam jumlah yang cukup besar itu.

Melihat kejadian diatas, pihak restoran Singapura ini menunjukkan praktek perdagangan yang jujur dan profesional. Padahal bisa saja si pembeli sudah tidak peduli lagi atau tidak menyadari kalau dia sudah kehilangan uang yang begitu besar. Tidak sampai di situ, pihak restoran juga bahkan memberikan himbauan kepada pihak lain agar berhati-hati dalam melakukan transaksi secara online.

Hal-hal seperti di atas adalah contoh perilaku yang sudah umum di Singapura. Meski sebenarnya apa yang mereka lakukan itu terlihat seperti SOP yang rutin, namun kita bisa mengambil banyak pelajaran tentang moral dan kejujuran yang terkandung di dalamnya.

Di Indonesia, hal-hal semacam ini sebenarnya sudah pun diajarkan bahkan diwajibkan untuk diajarkan sejak dini oleh para orang tua kepada generasi-generasi penerusnya. Saking pentingnya, dulu saat masa Orde Baru berkuasa ada sebuah mata pelajaran khusu yang mengajarkan tentang ini yaitu Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Hasilnya, bukan perubahan moral yang terjadi tetapi malah kebobrokan. Bukan menghasilkan orang-orang bermoral tetapi malah memunculkan semakin banyak polisi moral yang tugasnya menjadi pengadil sekaligus komentator bagi moral orang lain tanpa pernah sekalipun berkaca tentang moralnya sendiri.

Bagaimanapun juga tindakan yang dicontohkan oleh restoran mie di Singapura ini adalah sebuah preseden baik yang harus melecut kesadaran kita untuk semakin mengutamakan kejujuran dalam segala aspek kehidupan.

Bagaimana nih menurut Agan dan Sista? Berikan komentar kalian di bawah yaa. Terima kasih sudah membaca. See you on the next thread.

Narasi : Ulasan Pribadi

Sumber Referensi :
https://www.kompas.com/global/read/2...-13-juta-untuk

©copyright @albyabby91 2023