Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sniper2777Avatar border
TS
sniper2777
Tes Covid-19 Sangat Kurang, IDI Sentil Airlangga Soal Uang Masih Banyak
Suara.com - Ketua Satgas Ikatan Dokter Indonesia atau IDI Zubairi Djoerban mengungkapkan, hingga saat ini jumlah tes Covid-19 di Indonesia masih sangat minim, padahal pemerintah menyatakan anggarannya masih banyak. Menurutnya tes corona yang masif hanya di DKI Jakarta, sedangkan provinsi lain masih jauh dari standar yang ditetapkan badan kesehatan dunia alias WHO.

"Tes kita masih sangat amat kurang sekali, banyak provinsi yang tidak mengerjakan PR (pekerjaan rumah) nya, di provinsi yang lain masih amat kurang" kata Zubairi dalam diskusi Pergerakan Indonesia Maju, Kamis (17/9/2020).

Dia menyinggung penyataan Gubernur Provinsi Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang beralasan jumlah tes tidak maksimal karena reagen habis dan jumlah tenaga medis pemeriksa spesimen di laboratorium terbatas.

"Saya baca di media misalnya Gubernur Jawa Tengah alasannya kok naif sekali, karena reagensianya habis, lah kan kata Pak Airlangga (Menko Perekonomian) duitnya banyak bangat kok gak bisa beli reagensia," ucapnya.

Kemudian, lanjutnya, jika memang jumlah tenaga pemeriksa spesimen di laboratorium terbatas, semestinya pemerintah segera merekrut tenaga baru untuk bekerja di akhir pekan. Pasalnya pemerintah mengklaim dananya ada.

"Kedua (alasannya) karena hari sabtu dan hari minggu kan tutup jadi tidak bisa memenuhi target, kan ya tinggal angkat orang di hari sabtu dan minggu. Kan uangnya sekali lagi ada, pegawai untuk tes ini bisa dari analis yang diberi pelatihan, artinya tenaga untuk tes polymerase chain reaction atau PCR dan ambil sampel itu banyak dan ada di mana-mana tinggal direkrut," imbuhnya.

Untuk diketahui, jumlah rata-rata tes corona Indonesia berdasarkan data www.worldometers.info/coronavirus berada di posisi ke 162 dari 215 negara.

Pemerintah baru melakukan pemeriksaan sebanyak 2.796.924 spesimen dari 1.652.324 orang (1 orang bisa tes lebih dari 1 spesimen), ini artinya Indonesia baru bisa melakukan pemeriksaan 10.203 tes per 1 juta penduduk dari total 274.140.070 penduduk.

Sementara dalam laporan yang dirilis WHO pada Rabu (8/7/2020), positivity rate di Jateng berkisar 13 persen dengan rasio tes yang rendah yakni hanya 0,17 tes tiap 1.000 penduduk pada 29 Juni 2020 hingga 5 Juli 2020.

Rasio tes Covid-19 di Jateng ini kalah jauh dibandingkan DKI Jakarta yakni 1 tes per 1.000 penduduk setiap pekan.

https://www.suara.com/news/2020/09/1...g-masih-banyak





Kalau Tes Corona RI Cuma Segini, Kapan Covid-19 Selesai?

Jakarta, CNBC Indonesia - Deteksi atau uji keberadaan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19 merupakan salah satu upaya yang sangat penting dalam pengendalian pandemi. Sebagai salah satu negara di kawasan Asia Tenggara dengan dampak terparah, kapasitas deteksi RI sayangnya masih rendah.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI 7 September 2020, jumlah orang yang sudah di tes Covid-19 ada sebanyak 1.417.694 orang. Pada tanggal tersebut jumlah orang yang dites ada sebanyak 16.181 orang.

Kapasitas uji tersebut masih jauh lebih rendah dari harapan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang meminta tes di scale up ke 30.000 orang per hari. Instruksi Jokowi ini pun sebenarnya masih lebih rendah dibandingkan dengan rekomendasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang meminta tes dilakukan terhadap 50.000 orang per 1 juta penduduk.

Seiring dengan berjalannya waktu indikator uji atau deteksi Covid-19 di Indonesia memang membaik. Namun masih jauh dari kata cukup. Ini yang perlu menjadi catatan. Mari sejenak evaluasi beberapa indikator tes Covid-19 di Tanah Air, serta membandingkannya dengan beberapa negara tetangga.

Pertama mari tengok indikator positive rate. Indikator ini merupakan metrik yang digunakan untuk mengukur berapa banyak kasus positif yang ditemukan dari sejumlah tes yang dilakukan.

Menurut WHO, jika positive rate berada di bawah 5%, artinya wabah sudah terkontrol dengan baik. Di beberapa negara seperti Australia, Korea Selatan dan Uruguay positive rate-nya berada di bawah 1%. Artinya butuh ribuan kali tes untuk menemukan satu kasus Covid-19.

Sementara di beberapa negara lain seperti Mexico dan Bolivia dengan positive rate berada di angka 20% - 50% artinya setiap kali dilakukan uji atau tes, kasus Covid-19 ditemukan.

Sampai dengan 6 September kemarin, positive rate RI berada di angka 16,5% dan menjadi yang tertinggi dibandingkan Malaysia, Singapura dan Filipina.

Artinya untuk menemukan kasus Covid-19 di RI sangatlah mudah. Tingginya positive rate ini juga mengindikasikan bahwa kasus Covid-19 di dalam negeri kemungkinan besar lebih banyak dari sekarang.

Jika melihat skala jumlah tes terhadap jumlah kasus yang dilaporkan, maka dibandingkan dengan negara tetangga Indonesia memiliki jumlah tes yang lebih sedikit tetapi menemukan jumlah kasus yang lebih banyak per harinya.

Kendati ada perbaikan, jumlah tes Covid-19 yang dilakukan RI per harinya masih tergolong rendah apalagi jika dibandingkan dengan Malaysia, Singapura dan bahkan Filipina.

Dengan ukuran populasi yang hampir sebanyak 269 juta penduduk, deteksi Covid-19 di RI hanya dilakukan terhadap 0,07 orang per 1.000 penduduk. Kalah jauh dengan Malaysia dan Filipina yang mencapai 0,3 per 1.000 orang dan Singapura yang mencapai 1 per 1.000 orang per hari.

Indikator-indikator di atas sudah cukup membuktikan bahwa kapasitas uji Covid-19 di Tanah Air masih rendah dan perlu didongkrak lagi. Saat kapasitas testing masih lemah, pelacakan atau contract tracing RI pun bisa dibilang longgar.

Kebijakan tracing RI masih sangat terbatas dibandingkan dengan negara lain. Berdasarkan data Hale et al (2020), kebijakan tracing RI masih tergolong 'limited', artinya tidak semua kasus di track.

Covid-19, contact tracing
Kunci utama menangani wabah adalah dengan mengetahui seberapa banyak orang di suatu populasi terjangkit virus atau patogen. Untuk mengetahuinya maka testing dan tracing yang masif dan ketat mutlak untuk dilakukan.

Apabila kapasitas tes di Tanah Air dinaikkan maka lonjakan kasus yang signifikan kemungkinan besar akan terjadi jika melihat indikator-indikator di atas. Namun ini lebih baik daripada kita tidak pernah benar-benar tahu seberapa banyak dari populasi yang terjangkit Covid-19 hanya karena samplingnya terlalu rendah.

Apalagi mengetahui berapa banyak populasi yang terjangkit Covid-19 juga sangat berpengaruh terhadap seberapa efektif strategi vaksinasi masal nantinya.

Studi yang dilakukan oleh Bartsch et al (2020) mengatakan bahwa jika kasus Covid-19 di AS mendekati nol persen kemudian dilakukan imunisasi masal terhadap 3/4 dengan efficacy vaksin 80%, maka jumlah kasus bisa ditekan sampai 100%.

Well, kalau pandemi Covid-19 mau segera berakhir, maka harus ada kebijakan yang jelas, tegas serta terukur. Untuk mewujudkannya harus berbasiskan bukti dan data. Bagaimana bisa efektif suatu kebijakan jika tidak cukup bukti atau data yang representatif?


(twg/roy)

https://www.cnbcindonesia.com/tech/2...vid-19-selesai












Begini yg dibilang corona terkendali?? emoticon-Blue Guy Bata (L)
odjay05
crazyidea
Corkscrew
Corkscrew dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.2K
29
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan