Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

f3soh.Avatar border
TS
f3soh.
Malam Pengantin


Bagaimana kalau dia langsung mati setelah berhubungan badan denganku? Pikir Nurmala, wajahnya tampak begitu ketakutan saat teringat kejadian yang sudah-sudah. Suami-suaminya terdahulu, selalu mati mengenaskan setelah 'tidur' dengannya.

Hening. Malam semakin merangkak naik. Suara tawa yang tadi memenuhi ruang tamu rumahnya telah lenyap. Hanya sesekali terdengar dengkur samar. Para tamu itu pasti sudah tidur, pikir Nurmala, matanya yang bulat dinaungi bulu lentik menatap jam dinding dengan gelisah. Keringat dingin membanjir di tubuhnya yang hanya mengenakan kemben, saat terdengar denting nyaring sebanyak 12 kali dari ruang tamu. Jantungnya menghentak kuat. Apakah suaminya yang ini akan mati juga? Nurmala lagi-lagi merasa risau, menghela napas panjang mencoba memberantas berbagai pikiran buruk.

Di depan Nurmala, lelaki yang baru menikahinya beberapa jam lalu menatapnya penuh kasih. Seharusnya, ia senang, lantas menyongsong dengan hati riang setiap belaian yang diberikan sang suami. Tapi, tidak. Nurmala tak bisa tenang. Tubuhnya bagai patung. Bukan berarti tak menginginkannya. Bukan. Hanya saja, kejadian setahun lalu, sejak tadi berkelindan di benak.

Akankah malam ini terjadi lagi? Ia sungguh takut.

Tatapan Nurmala lekat pada lelaki gagah yang kini tergolek lelah di sampingnya, senyumnya tersungging, dengan wajah nampak puas. Sesekali, tangannya berayun lembut membelai rambutnya.

"Ada apa, Dik? Sepertinya, dari tadi kamu tak merasa nyaman."

Nurmala menggeleng, segera saja ia meringkuk dalam dekapan sang suami.

Satu menit.

Dua menit.

Semoga, kali ini tak terjadi.

Ya, mungkin takkan terjadi lagi, Nurmala mencoba meyakinkan dirinya. Lima hari sebelum menikah, ia dan bapak mendatangi pusara ibu guna meminta restu, hal yang tak pernah dilakukan dipernikahan pertama dan kedua karena itu sama saja syirik.

Namun kali ini ia terpaksa melakukannya. Bukan hanya pusara ibu yang ia dan ayahnya datangi, pusara para wali, makam keramat, orang pintar, semua disambangi. Mungkinkah permintaannya telah dikabulkan?

Mungkin, iya. Ini malam pertama yang sukses. Tak berhenti di tengah jalan seperti pada malam pengantin sebelumnya. Jadi, mungkin memang takkan terjadi hal-hal buruk.

Nurmala baru mengembuskan napas penuh kelegaan saat tiba-tiba sang suami memegangi perutnya. Wajah tegas kecokelatannya nampak kesakitan. Gigi bergemeretak, seolah sedang menahan rasa sakit teramat sangat.

"Mas, Mas kenapa? Maas! Maas Has!"

Dengan wajah panik, Nurmala mengguncang-guncang tubuh suaminya. Tangan Has mencengkeram perut. "Sakit, Dik. Sakiiit."

"Apanya yang sakit, Mas. Apa, Mas!" Nurmala beranjak bangun, mengenakan gaun pengantin berbelah dada rendah, lalu menyentuh wajah Mas Has. Dingin sekali. Keringat Has membanjir.

"Sakit. Sakit. Sa-kiiit!"

Tangan Has berkeringat. Tubuhnya mengejang. Ia mencengkram perut, lalu tangannya berpindah ke perut bagian bawah, ke bawahnya lagi. Di situ, sesuatu yang seharusnya akan membuat Nurmala memberi cucu pada bapak, perlahan mengembung. Titik-titik cahaya kekuningan berkerumun di situ, seperti sekumpulan semut mengerubungi gula. Tapi benda itu kuning berkilauan seperti berlian. Nurmala syok. Ia menjerit histeris. Kejadian ini, sama persis dengan sebelum-sebelumnya.

"Tolong! Tolong! Tolooong!"

Tak lama, pintu kamar mereka digedor-gedor dari luar. "Nduk, buka! Buka!"

Tubuh Nurmala bagai patung. Jantungnya berdetak sangat kencang sampai membuatnya sulit bernapas.

Kamar yang temaram itu begitu tegang bagi Nurmala. Juga sangat menakutkan.

Nurmala memandang sang suami yang kini melolong menyayat, lalu tubuh lelaki itu perlahan mengendur, bersamaan dengan raibnya cahaya di alat vitalnya, membuat benda itu terkulai pada ukuran semula. Nurmala menyambar kain untuk menutupinya.

Pintu berhasil didobrak dari luar. Wajah sang bapak nampak pias. Sanak saudara Has menyerbu masuk, menatap Has dengan wajah heran. Lalu, mereka semua menjerit bersamaan saat menyadari sesuatu. Tubuh Has tak berkutik sama sekali, kaku dan hitam seperti habis twrbakar. Wajah gagah itu terlihat kesakitan dengan biji mata melotot. Tampak kesakitan.

Nurmala terisak. Apa ini sudah takdirku? Tatapnya pilu.

"Mbak Yu! Seharusnya mbak Yu sadar diri!"

Semua orang langsung menatap sumber suara. Di ambang pintu, Ndari menatap sang kakak dengan mata berapi-api. Bocah 2 tahun dalam gendongan Ndari menangis keras, tangan kecilnya menunjuk-nunjuk ke sudut kamar.

"Mbak Yu dapat kutukan! Seharusnya, mbak Yu tidak menikah! Ndari sudah ingatkan mbak, tapi tetap aja ngeyel! Jangan pernah menikah lagi, Mbak! Jangan menikah lagi! Jangan pernah menikah!"

Suara perempuan bertubuh mungil itu melirih. Ia terisak pelan. Diturunkannya sang anak ke bawah yang langsung menangis semakin kencang, lalu Ndari berlari memeluk Nurmala. Adik kakak itu berpelukan erat, sama-sama terisak keras. Rizal berlari memeluk lutut sang ibu, tangisnya semakin kencang, tangannya terus menunjuk-nunjuk ke sudut kamar. Semua orang berpandangan. Tak ada siapa-siapa di sana.

*Kenapa suami Nurmala mati semua setelah malam pertama? Apa karma? Atau kutukan?
recca.tadto
alunaziya
a9r7a
a9r7a dan 5 lainnya memberi reputasi
6
3.3K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan