Ilustrasi turis China (Dikhy Sasra/detikFoto)

Jakarta - Australia dan Inggris keluarkan Travel Advice kepada warganya soal terorisme di Indonesia. Pengamat menilai ini tidak akan berdampak banyak, asal bukan China.

Pengamat sekaligus praktisi yang sudah lama berkecimpung di dunia pariwisata, Tedjo Iskandar berpendapat bahwa Travel Advice yang dikeluarkan Pemerintah Inggris dan Australia, terkait ancaman terorisme di Indonesia tidak akan berdampak banyak bagi dunia pariwisata Indonesia.

Tedjo yang juga merupakan pendiri Tourism Training Centre (TTC), menilai Travel Advice baru akan berdampak banyak bila negara seperti China yang mengeluarkan. Itu karena jumlah turis China yang sangat banyak.

"Kalau Australia sama Inggris yang mengeluarkan tidak begitu berdampak. Australia mungkin berdampak sedikit, karena akan merembet ke turis AS. Asal, bukan China yang keluarkan (Travel Advice), mati kita semua," ujar Tedjo melalui sambungan telepon, Jumat (23/12/2016).


Foto: Tedjo Iskandar (dok Facebook)

Tedjo beralasan China saat ini memegang peranan penting, karena jumlah penduduknya yang jadi wisatawan, merajai tingkat kunjungan di beberapa negara dunia. Kalau sampai China yang mengeluarkan imbauan tersebut, pariwisata Indonesia bisa mati suri.

Tedjo pun mencontohkan pariwisata di negara Taiwan yang terancam gulung tikar karena aksi boikot dari Pemerintah China, akibat konflik kedua negara yang berlarut-larut. Tedjo berharap pariwisata di Indonesia tidak akan menjadi seperti itu, akibat isu terorisme.

"Yang paling penting, jangan sampai China yang kasih Travel Warning. Selesai kita," tegas Tedjo.

Meski terkadang banyak stigma negatif soal turis China dari mulai pelit, sampai jorok, tetapi mereka masih penting karena volume mereka yang sangat banyak. Merekalah salah satu pasar pariwisata terbesar di dunia. (wsw/aff)

http://travel.detik.com/read/2016/12/23/144020/3379246/1382/jangan-sampai-china-keluarkan-travel-advice-ke-indonesia